Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo menargetkan Indonesia sudah bisa mengendalikan virus Corona pada Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2021. Optimisme ini mesti dibangun dengan diiringi sejumlah formula kebijakan yang tepat.
Doni mengungkapkan, target itu berdasarkan angka kasus aktif atau orang dalam perawatan Covid-19 yang mengalami penurunan dalam sepekan terakhir.
Pada sepekan lalu, angka kasus aktif sekitar 176 ribu. Baik tanpa gejala, gejala ringan, sedang, berat, bahkan kritis. Namun, dari data Satgas tiga hari lalu, kasus aktif sudah 161 ribu orang. Sudah turun sekitar 15 ribu.
“Target kita adalah pada perayaan 17 Agustus yang akan datang, maka kita betul-betul harus bebas dari Covid. Artinya, dalam posisi yang dapat dikendalikan,” ujar Doni dalam Rapat Koordinasi Satgas Penanganan Covid-19 melalui akun YouTube Pusdalops BNPB, kemarin.
Dia berharap, dengan inovasi dan kerja keras dari semua pihak yang tiada henti, masyarakat bersama Pemerintah bisa semakin mampu menekan kasus Covid-19.
Doni berharap, semakin banyak masyarakat yang terlibat dalam upaya penanganan Covid-19. Komunikasi dengan masyarakat diyakini mampu menghadirkan ide-ide dalam penanganan pandemi.
“Karena masyarakatlah yang bisa bersama-sama untuk mencari cara terbaik melalui kesepakatan lewat pertemuanpertemuan koordinasi, baik secara fisik maupun virtual,” tuturnya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu menegaskan, Presiden Jokowi telah memerintahkan fokus pada pendekatan berbasis mikro. Pendekatan lewat RT/RW diyakini dapat meredam kasus aktif harian.
Dengan begitu, semua pihak mestinya menyadari, yang paling penting adalah penanaman disiplin untuk patuh kepada protokol kesehatan.
“Mengikuti dan menaati semua ketentuan yang telah digariskan oleh Pemerintah,” tegas eks Danjen Kopassus itu.
Menanggapi target itu, Epidemiolog dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, membangun sikap optimis di tengah publik boleh saja.
“Sikap optimis itu memang harus dibangun,” ujar Miko kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Tapi, Miko mengingatkan, perlu ada percepatan dan peningkatan dalam penanganan Covid-19. Kalau tidak, target itu menjadi tidak realistis.
“Target itu dicapai dengan cara apa? Vaksin atau PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Mikro. Penanggulangan harus benar dulu untuk mengendalikan Covid-19,” jelasnya.
Miko melihat, sejauh ini PPKM Mikro masih belum berjalan maksimal. Buktinya, masih banyak masyarakat yang melanggar protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak.
Untuk mengendalikan Covid-19 dibutuhkan kesadaran masyarakat mematuhi protokol kesehatan. Pemerintah harus lebih ketat dan tegas menjalankan PPKM Mikro.
Selain itu, rencana masif tracing atau pelacakan belum banyak berjalan. Baru di beberapa tempat saja yang aktif.
Dia mengingatkan Doni agar berhati-hati menentukan target tinggi. Niatan membangun optimisme, bisa dianggap tidak masuk akal oleh publik.
“Mengendalikan Covid-19 tidak seperti sulap. Saya minta agar upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah harus jelas. Indikatornya juga tepat, sehingga semua orang bisa ikut merasa optimis,” sarannya.
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, Pemerintah harus meningkatkan 3T (testing, tracing dan treatment) dan membangun program pengendalian pandemi Covid-19 mulai jangka pendek, menengah, hingga panjang sebelum menargetkan pengendalian pandemi Corona di Tanah Air.
“Ini yang harus dibangun, tunjukkan performa untuk pengendalian seperti apa targetnya,” tuturnya. [JAR]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID