Sujud jenis kedua diamalkan para malaikat setelah mereka mempertanyakan kebijakan Allah SWT akan rencana Allah SWT untuk menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi, kemudian mereka menyesal sambil menyatakan: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS al-Baqarah/2:32).
Ungkapan merendah ini bisa dimaknai sebagai salah satu jenis sujud. Tentu sujud khusus juga dilakukan para makhluk Allah SWT yang lain, sebagaimana disebutkan dalam ayat: Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barang siapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki. (Q.S. al-Haj/22:18).
Jangan dibayangkan bahwa mereka sujud seperti sujudnya manusia dengan menyungkurkan ke tanah, tetapi umumnya mereka melakukan sujud hakekat.
Sesungguhnya sujud hakekat ini sangat penting. Banyak orang melaksanakan sujud majazi tetapi tidak mempunyai efek hakekat sujud. Rajin sujud tetapi tidak punya “bekas sujud” (atsar sujud), sebagaimana diingatkan Allah Swt kepada kita: kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. (Q.S. al-Fath/48:29).
Yang dimaksud “bekas sujud” (atsar sujud) bukan munculnya tanda-tanda hitam di jidat, tetapi sikap dan kepribadian yang dimilikinya mengesankan orang lain. Tampak sikap tawadhu’, muru’ah, jujur, sabar, tawakkal, ikhlas, memiliki rasa malu, dan akhlak mulia lainnya. Orang yang tidak memiliki sikap luhur berarti tidak memiliki “bekas sujud” (atsar sujud).
Khusus untuk shalat, bagi manusia diharuskan untuk melakukan praktek sujud anggota badan. (Bersambung)
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID