Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian membantah pemberitaan Barat menyebutkan, peneliti khusus dari organisasi kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (WHO) mengalami kendala saat ingin melakukan investigasi asal usul virus Corona di Wuhan. Xiao Qian menegaskan, negaranya tidak pernah menghalang-halangi tugas WHO dalam mencari solusi untuk mengakhiri Covid-19.
Dia mengklaim, China adalah negara pertama yang paling cepat tanggap dalam melaporkan situasi terkini seputar pandemi dan pengembangan vaksin kepada WHO. “Sejak merebaknya pandemi, pemerintah Tiongkok selalu bersikap terbuka, transparan, ilmiah, dan bertanggung jawab dalam kerja samanya dengan WHO dan masyarakat internasional untuk memerangi pandemi,” ujar Xiao Qian, dalam press briefing virtual, Selasa (9/2).
Keputusan cepat Negeri Tirai Bambu ini, lanjutnya, justru menjadi lonceng peringatan agar seluruh negara bersiaga. Demi menemukan jalan keluar dari pandemi ini, para ilmuwan China menyelenggarakan lebih dari 100 konferensi virtual dengan para ahli dari negara lain, membuka pusat pengetahuan online untuk berbagi pengalaman pencegahan dan pengendalian Covid-19 dengan semua negara.
“Kami juga meluncurkan kampanye kemanusiaan darurat global terbesar sejak berdirinya China dengan memberi bantuan kepada lebih dari 150 negara dan 10 organisasi internasional, mengirim 36 tim medis ke 34 negara yang membutuhkan bantuan, dan memberikan dana kepada WHO dan Rencana Tanggap Kemanusiaan Global PBB,” sambung Dubes yang pernah bertugas di Amerika Serikat ini.
Di akhir 2020, lanjutnya, China sudah menyediakan lebih dari 220 miliar masker, 2,25 miliar pakaian pelindung dan 1,02 miliar alat uji kepada berbagai negara seluruh dunia. China juga menjadi negara pertama yang berjanji menjadikan vaksin sebagai barang publik global.
“China sedang memberikan vaksin bantuan kepada 14 negara berkembang, termasuk Pakistan. Selanjutnya, bantuan vaksin akan diberikan kepada 38 negara berkembang lainya,” tegasnya.
Negeri Panda ini juga sudah resmi bergabung dengan Covid-19 Vaccines Global Access (COVAX) dan sedang berkomunikasi erat dengan WHO dan sponsor lain untuk menjadikan vaksin sebagai barang publik global yang lebih mudah diakses dan terjangkau oleh negara-negara berkembang. Atas permintaan WHO, China memutuskan untuk mendonasikan 10 juta dosis vaksin kepada COVAX, terutama untuk memenuhi kebutuhan mendesak negara-negara berkembang.
Para ahli China juga telah berulang kali berkomunikasi dengan peneliti dari WHO mengenai topik terkait. “Di bawah dukungan dan bantuan pemerintah China, tim ahli WHO sedang menyelidiki asal-usul virus corona di Wuhan. Mereka telah mengunjungi Rumah Sakit Jinyintan, Pasar Huanan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit dan Institut Virlogi,” tambah dubes yang pernah ngepos di Filipina ini.
Dia mengklaim, WHO dan para ahli internasional memberikan komentar positif atas kunjungan tersebut. “Direktur Jenderal Tedros mengucapkan terima kasih atas dukungan kuat China terhadap penelusuran asal-usul virus,” sambungnya.
“Pihak China akan mempertahankan sikap terbuka, transparan, bertanggung jawab, terus bekerjasama dengan WHO, dan berkontribusi mencegah risiko di masa depan serta melindungi kesehatan dan keamanan masyarakat di seluruh dunia,” tandasnya. [DAY]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID