Menjaga kesehatan psikologis sama pentingnya dengan menjaga kesehatan badan. Apalagi, di musim pandemi saat ini.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro mengingatkan, membaca berita hoaks bisa menyebabkan stres. Kondisi itu mempengaruhi imunitas tubuh.
“Sama dengan pentingnya menjaga kesehatan badan, hindari stres, apalagi karena berita bohong atau hoaks yang banyak beredar,” imbau Reisa dalam konferensi pers virtual, kemarin.
Reisa menyebutkan, informasi resmi dari Pemerintah terkait pandemi disampaikan melalui laman covid19.go.id dan kemkes.go.id, atau melalui media sosial @lawancovid19_id.
Untuk menghindari hoaks terkait ketersediaan tempat tidur di rumah sakit misalnya, masyarakat disarankan mengunduh aplikasi Siranap atau Sistem Informasi Rawat Inap rumah sakit yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Aplikasi ini menyediakan informasi mengenai ketersediaan tempat tidur di rumah sakit secara real time. Untuk mendapatkannya, masyarakat dapat mengunduh melalui PlayStore atau web Kemenkes.
“Bagikan info ini ke orang-orang yang membutuhkan ruang perawatan, terutama pasien Covid-19. Langsung ke sumber informasi resmi yang disediakan, jangan sampai percaya kabar yang tidak terverifikasi,” tutur dokter lulusan Universitas Pelita Harapan (UPH) itu.
Sementara, apabila mendapatkan informasi soal vaksinasi yang terlalu bombastis, Reisa menyarankan masyarakat untuk segera mengecek kebenarannya melalui http://s.id/infovaksin.
Jika informasi tersebut terbukti hoaks, masyarakat diminta untuk menghentikan penyebarannya dan menghapus informasi tersebut.
Reisa mengingatkan, menyebarkan berita hoaks tidak hanya bisa dikenai hukuman pidana, tetapi juga membahayakan nyawa orang lain.
“Lindungi diri kita dari penyakit dan berita bohong, yakinkan aman dari risiko penyakit dan hoaks dan imun kita meningkat,” tegas Reisa.
Selain itu, dia juga meminta masyarakat bersabar menunggu giliran vaksinasi virus Corona.
Dia mewanti-wanti, jangan sampai masyarakat melakukan perbuatan yang melawan hukum demi mendapatkan vaksinasi. “Sanksi hukumnya tentu akan ada,” tegasnya.
Reisa mengatakan, saat ini vaksin Covid-19 diprioritaskan untuk para tenaga kesehatan, baik dokter maupun perawat.
Selanjutnya, vaksinasi akan dilanjutkan ke kelompok petugas pelayan publik, baru ke masyarakat.
Prioritas vaksinasi ini dibuat dengan mempertimbangkan besarnya risiko paparan virus pada suatu kelompok.
Reisa pun meminta masyarakat tetap tenang menunggu giliran vaksinasi. Pemerintah dipastikan telah menyiapkan stok vaksin yang cukup, lebih dari 400 juta dosis.
Dijamin, semua warga negara dapat vaksin. “Ini hanya tinggal menunggu waktu, giliran,” imbuh Reisa.
Tapi dia mengingatkan, upaya mengakhiri pandemi tidak bisa hanya dilakukan dengan vaksinasi. Upaya ini harus diimbangi dengan penerapan protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan.
“Inilah yang akan memutuskan rantai penularan. Ikuti protokol kesehatan di mana pun dan kapan pun,” tandasnya. [JAR]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID