AHY Dan Moeldoko Mulai Menahan Diri, Bagus Lah –

Setelah 10 hari, gelombang isu kudeta Partai Demokrat mulai mereda. Dua aktor utamanya, Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (Purn) Moeldoko dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mulai menahan diri.

Kemarin, Moeldoko muncul di hadapan publik. Dia menerima laporan dari Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), di kantornya, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta. 

Di kesempatan ini, Moeldoko tak ngomong soal isu kudeta Partai Demokrat. Dia memilih hanya berbicara mengenai pengawalan program bantuan sosial (bansos) untuk masyarakat terdampak Corona. Apalagi, dalam pertemuan itu, Lakpesdam PBNU melaporkan temuan 73 kasus kesalahan administrasi, permasalahan data, dan transparansi penyaluran bansos.

“Kantor Staf Presiden (KSP) mengapresiasi dan mendukung pihak-pihak yang ingin menjadi mitra strategis untuk pengawalan program bansos,” ucapnya, dalam keterangan tertulis yang dibagikan ke media. 

Pihak Demokrat juga sama. AHY memilih diam. Sejak konferensi pers soal kudeta pada Senin pekan lalu, putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu, tak lagi bicara soal kudeta.

Kader-kader muda Partai Demokrat seperti Andi Arief dan Rachland Nashidik juga, diam. Sebelumnya, mereka begitu gencar menyerang Moeldoko melalui cuitan-cuitan di twitter. 

Kemarin, Andi Arief, melalui akun Twitter @Andiarief__ memilih mencuit mengenai aktivitas kader Partai Demokrat yang sedang membagi-bagikan makanan untuk korban banjir. Sedangkan Rachland, melalui akun Twitter @RachlandNashidik, justru mempromosikan usaha jualan ikan temannya.

Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia (UI) Prof Amir Santoso senang dengan sikap Moeldoko dan AHY yang sudah mulai menahan diri ini. Dia pun berharap, kegaduhan isu kudeta Partai Demokrat benar-benar selesai dan tak berlanjut lagi. Sebab, masih banyak pekerjaan di negeri ini yang belum diselesaikan. 

“Masalah pandemi dan kesejahteraan masyarakat harus lebih diprioritaskan,” katanya, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Di masa sulit seperti saat ini, kata dia, elite partai dan Pemerintah harus bersatu-padu mengutamakan kepentingan masyarakat. Karena itu, jangan ada lagi yang mengumbar pernyataan politik, sehingga mengundang polemik. “Semestinya kita puasa dulu untuk saling berkonflik,” sarannya.

 

Kepada Moeldoko, dia menyarankan untuk konsentrasi menyelesaikan tugas kenegaraannya sebagai KSP. Tidak perlu lagi memperpanjang masalah dengan Partai Demokrat. Kepada AHY, dia meminta agar menginstruksikan kadernya untuk tidak memperkeruh masalah. “Saat ini, yang lebih baik bagaimana berjuang untuk kesejahteraan rakyat,” katanya.

Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo berpandangan sama. Dia menyarankan AHY menginstruksikan kadernya tidak menulis kata-kata serangan di media sosial. 

Menurut Karyono, politisi tidak boleh reaksioner atau tipis telinga. Hal itu bukan contoh yang baik bagi masyarakat. 

Menurutnya, saat ini masyarakat tak butuh tontonan yang bikin gaduh. “Untuk itu, baik Moeldoko dan AHY harus menahan diri dan duduk bersama menyelesaikan masalahnya. Silaturahmi,” sarannya.

Dia menilai, AHY dan kader Partai Demokrat tak perlu menyikapi upaya kudeta itu secara berlebihan. Sebab, upaya itu juga takkan mudah dilakukan Moeldoko selama AHY memegang penuh dukungan kader. 

“Toh, dia (AHY) terpilih secara aklamasi. Dan, ayahnya juga masih sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai. Jadi, saya kira tidak mudah untuk mengambil alih kursi Ketua Umum Partai Demokrat dari tangan AHY,” cetusnya. [QAR]

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *