Selain pemberian vaksin, masyarakat terus diimbau untuk patuh protokol kesehatan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak) dan melakukan 3T (Testing, Tracing, dan Treatment).
Keduanya, jika dilakukan dengan baik pengendalian pandemi Covid-19 akan berhasil denga cepat.
Juru Bicara Pemerintah untuk Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, hingga saat ini vaksinasi tenaga kesehatan sudah sampai 1 juta lebih, dan akan terus bertambah hingga target sasaran mencapai 181,5 juta penduduk
“Hari ini kita bisa memvaksinasi tenaga kesehatan sampai 1 juta lebih. Untuk menekan pandemi Pemerintah tidak hanya mengimbau melalui penegakan disiplin 3M namun juga memperkuat 3T,” terangnya dikutip dalam Dialog bertema “3M+3T: Jurus Jitu Atasi Pandemi’ yang diselenggarakan KPCPEN dan ditayangkan langsung di Youtube FMB9ID_IKP, Kamis (11/2).
Siti menjelaskan, bahwa saat ini pihakanya sudah mempunyai sebanyak 630 laboratorium pemeriksa tes PCR, namun belum merata di seluruh Indonesia.
“Sehingga kita harus meningkatkan tes kita. WHO sendiri sudah merekomendasikan screening menggunakan tes rapid Antigen untuk mendiagnosa COVID-19,” tegas Siti.
Ahli Epidemiologi FKM Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif menjelaskan, tes rapid Antigen memang disetujui WHO sebagai alat diagnosis dalam keadaan tertentu, sensitivitasnya juga di atas 80% dan spesifitas di atas 97%.
Dia memandang, hal itu suatu terobosan yang baik. Tujuannya, agar penggunaan tes rapid Antigen membantu secara cepat mendeteksi penularan dan dengan begitu Pemerintah bisa dengan cepat menelusuri kontak-kontak pasien. Dengan demikian, kasus ini bisa ditemukan lebih dini dan penanganan juga dilakukan lebih dini.
Menurutnya, dengan rapid Antigen ini, apabila hasilnya positif seharusnya sudah bisa melakukan isolasi mandiri, sambil menunggu hasil tes PCR.
“Saya mendukung langkah Pemerintah memberlakukan tes rapid Antigen sebagai alat diagnostik. Situasi ini memang akan meningkatkan laporan kasus, namun seperti kata Menteri Kesehatan, kita jangan panik kasus harian kita nanti meningkat,” ujarnya.
Menurutnya, kunci melakukan tes dengan lebih cepat itu sangat bagus, karena kalau tidak menemukan kasus secepat mungkin, maka wabah tidak cepat bisa dikendalikan.
“Kuncinya bukan sekadar puskesmas memiliki tes rapid Antigen, tapi bagaimana puskesmas juga mampu menelusuri kontak dengan baik,” katanya. .
Di sisi lain, dalam proses pelacakan kasus, pihaknya sangat membutuhkan kerja sama dengan masyarakat. Karena masyarakat diminta mengingat siapa saja orang yang pernah kontak dengan dirinya.
“Tentu keterbukaan masyarakat juga diperlukan saat pernah melakukan kontak dengan pasien positif, sehingga mau melakukan tes,” tambah Siti.
Siti juga menghimbau, sebenarnya 3M dan 3T ini saling berhubungan dan berkesinambungan. Maka 3M dan 3T serta vaksinasi ini harus dilakukan bersama.
Menyambung imbauan tersebut, Syahrizal ikut berpesan, dalam situasi seperti ini, masyarakat tetap harus mengikuti protokol 3M, terutama untuk kerumunan penting sekali kita hindari.[FIK]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID