Menghadapi bencana di tengah situasi pandemi Covid-19, tentunya bukan perkara mudah. Sebab, saat terjadi bencana, umumnya orang cenderung berdesakan. Sehingga, dapat memunculkan klaster baru Covid.
Hal ini akan memperburuk keadaan, karena di tempat pengungsian biasanya juga akan meningkat penyakit-penyakit umum lainnya seperti gangguan pencernaan, stres, dan diare.
Situasi dan kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi Palang Merah Indonesia (PMI), yang selalu berada di garda terdepan dalam setiap penanganan bencana di Tanah Air.
Namun, semangat kemanusiaan para relawan PMI tak pernah padam. Meski risiko terjangkit Covid mengintai.
Seperti apa tantangan yang mereka hadapi di lapangan, dan bagaimana perhatian pemerintah terhadap PMI dan penanganan bencana? Simak penuturan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PMI Sudirman Said kepada wartawan Rakyat Merdeka, Nana Maulana.
Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang berjalan selama hampir satu tahun, berbagai bencana datang silih berganti. Para relawan PMI pun dituntut cepat tanggap membantu meringankan beban warga terdampak. Bagaimana PMI menghadapi hal ini?
Pertama, kita harus berempati dan memberi respek penuh kepada semua pihak, yang telah bekerja keras mengatasi pandemic Covid-19. Pemerintah, didukung para tenaga kesehatan yang berjibaku di garis depan telah melakukan yang terbaik. Para relawan kemanusiaan, dunia usaha, dan semua stakeholders sudah bekerja keras.
PMI sejak awal mengambil peran pada aspek pencegahan. Melalui komunikasi risiko, pendidikan publik, memasang ribuan tempat cuci tangan di tempat umum, dan melakukan penyemprotan disinfektan di daerah yang berstatus gawat.
PMI memobilisasi seluruh kekuatan di 409 Markas Cabang, 224 Unit Donor Darah. Alhamdulillah kepengurusan PMI di seluruh provinsi cukup aktif. Bila ada yang kurang aktif, Pengurus Pusat PMI segera turun dan mencari solusi.
Armada PMI secara nasional terdiri dari 251 ambulan, 126 tangki air bersih, 45 tangki penyemprot disinfektasi (gunners), 205 mobil pick up penyemprot, dan 55 motor roda tiga, terus bergerak setiap hari.
Tak kurang dari 6.000 relawan secara bergiliran bekerja keras menangani Covid, termasuk tugas yang paling sulit melakukan pengurusan jenazah korban Covid-19.
Penanganan bencana alam di masa pandemi Covid-19, tentu berbeda. Apa saja tantangannya?
Dalam protokol penanganan bencana yang digariskan Pak Jusuf Kalla (JK), enam jam setelah kejadian, relawan PMI sudah harus turun. Baik untuk memberikan bantuan darurat, penyelamatan korban yang masih hidup, atau melakukan assesment awal.
Dalam situasi pandemi, tantangan besarnya adalah bagaimana bantuan dapat diberikan secepat mungkin, dengan tetap menjaga dan melindungi diri penolong atau relawan dari virus Covid-19.
Penerapan protokol kesehatan menjadi penting, meskipun keadaan lapangan tidak selalu memungkinkan. Di tempat bencana, kami menyediakan program pengecekan kesehatan yang tidak hanya dikhususkan untuk para korban/ penyintas bencana, tetapi juga bagi para relawan.
Relawan dicek kesehatannya setiap hari, dibekali masker, diberikan vitamin, sampai tempat istirahat yang menerapkan protokol kesehatan. Bekerja sama dengan mitra gerakan kepalangmerahan internasional, PMI juga menyediakan asuransi perlindungan kesehatan.
Dari segi sarana prasarana, apa saja yang menjadi kebutuhan prioritas PMI?
Dalam melakukan setiap pelayanan, banyak hal yang menjadi prioritas PMI. Untuk air bersih, tentu dibutuhkan truk tangki untuk menjangkau masyarakat atau penerima manfaat dalam jumlah besar.
Untuk wilayah terdampak banjir di Kalimantan Selatan, PMI juga menyediakan tandon-tandon air, alat pembersih sumur (alcon). Selain itu, pelayanan kesehatan bagi masyarakat terdampak atau masyarakat umum tentu membutuhkan ambulans untuk mobilisasi personil dan menjangkau daerah terpencil, obat-obatan, hingga layanan psikososial terutama bagi anak-anak.
Selain itu, PMI juga mendapatkan bantuan donasi dukungan dari masyarakat serta Mitra Gerakan untuk disalurkan kepada masyarakat korban bencana.
Kalau boleh tahu, apa saja suka dan dukanya Pak. Bagaimana suasana kebatinan rekan-rekan relawan, dalam menghadapi bencana alam dan non alam sekaligus?
Saya harus mengatakan salut luar biasa kepada para relawan PMI. Semangat mereka untuk mengabdi pada kemanusiaan tidak surut, sekalipun di tengah situasi pandemi.
Begitu bencana datang; banjir, longsor, gempa bumi, gunung meletus, kebakaran atau apa pun, mereka tetap turun. Para pengurus di berbagai level, terus menjadi pendorong dan mengingatkan mereka untuk semakin berhati-hati, dengan tetap menjaga semangat.
Bagaimana pengurus pusat memonitor kondisi para relawan, dan memastikan agar mereka tetap on fire, bersemangat?
Saat ini, di Posko Nasional, tak kurang dari 20 titik bencana dalam berbagai skala, besar maupun sedang, menjadi perhatian Pengurus Pusat PMI. Staf PB dan Operasi secara bergiliran datang ke lokasi-lokasi bencana, untuk memantau operasi relawan dan memecahkan berbagai soal teknis lapangan.
Setiap hari, ada rapat monitoring yang melibatkan mitra gerakan. Setiap dua pekan, ada koordinasi dengan lembaga-lembaga kepalangmerahan dan bulan sabit merah dari negara sahabat yang beraktivitas di Indonesia seperti Amerika Serikat, Australia, Jepang, New Zeland, Qatar, Turki.
Setiap bulan, ada diskusi dengan organisasi di level Asia Pasifik dan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Timor Leste dan lain-lain. Alhamdulilah, situasi di PMI sangat dinamis dan penuh semangat. Saling menyemangati di berbagai level.
Apa kira-kira yang membuat para relawan begitu bersemangat, dalam menjalankan tugas kemanusiaan?
Yang menjadi pengikat dan penguat semangat adalah kesempatan menjadi relawan kemanusiaan. Melayani masyarakat tanpa membedakan agama, suku, ras dan perbedaan sosial lainnya.
Para relawan semakin kuat bergandengan tangan dan bersinergi dengan semua unsur masyarakat. Mulai dari relawan, komunitas masyarakat, aparat TNI dan Polri. Lembaga swadaya masyarakat, swasta, BNPB, pemerintah semua saling mendukung menguatkan solidaritas untuk kemanusiaan. Di tengah duka bencana, suasana sulit bisa merekatkan solidaritas kita.
Dari beberapa bencana alam yang terjadi selama pandemi, apakah ada kisah unik atau mengesankan yang dialami oleh Bapak atau teman-teman PMI?
Saya tersentuh dengan kisah-kisah yang mengharukan. Di Palangkaraya, Kalimantan Tengah ada relawan penyandang disabilitas bernama Febby Pratiwi, yang tetap semangat membantu korban bencana meski hanya memiliki satu kaki, pasca kecelakaan 4 tahun lalu.
Febby tetap aktif menjadi relawan PMI. Dia justru sering menyemangati dan memotivasi teman-temannya, bahkan ikut melatih teman-teman Korps Suka Rela di Universitas Palangkaraya, menjadi juri di lomba Palang Merah Remaja, serta ikut melayani masyarakat di Markas PMI Kalimantan Tengah.
Saya kira, sosok Febby yang dengan tulus menjadi relawan kemanusiaan dan banyak membantu korban bencana, telah menjadi inspirasi bagi kita semua.
Bagaimana kondisi relawan PMI di masa pandemi, apakah ada penurunan jumlah relawan atau justru bertambah?
Terkait dengan Relawan, Relawan PMI saat bertugas dibekali oleh vitamin, masker bahkan asuransi, selain ditingkatkan skill yang dimiliki melalui pelatihan-pelatihan untuk tugas di lapangan serta penerapan protokol kesehatan.
Jumlah relawan yang bertugas di lokasi bencana, tidak mengalami penurunan. PMI dengan jumlah relawan aktif sekitar 1,2 juta orang justru saling membantu. Di lokasi bencana yang melanda Majene dan Mamuju Sulawesi Barat, misalnya. Relawan PMI dari Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah datang untuk membantu tugas kemanusiaan PMI di wilayah tersebut.
Apakah ada relawan PMI yang gugur saat memberikan bantuan?
Selama masa pandemi Covid-19, sudah 16 orang relawan PMI gugur dalam melaksanakan tugas. Ada yang sedang melakukan tugas, bukan disebabkan terinfeksi Covid-19, ada juga yang memang terkena Covid-19.
Sebagai pimpinan di PMI, apakah ada cara khusus Bapak memotivasi relawan PMI?
Dalam berbagai peristiwa bencana, saya biasanya terlibat dan berkomunikasi secara rutin dengan seluruh tim penanggulangan bencana PMI. Termasuk, dengan relawan-relawan di lokasi bencana. Baik melalui rapat koordinasi harian, maupun ikut mengecek ke lapangan apabila diperlukan.
Kehadiran kami dari pusat dalam merespons cepat dan mendukung serta memfasilitasi berbagai kebutuhan mereka dalam menjalankan operasi, tentunya dapat meringankan dan memecahkan masalah, ketika ada kendala di lapangan.
Intinya, kami berupaya memastikan, agar para relawan yang menjadi ujung tombak dapat menjalankan operasi kemanusiaannya dengan lancar. Tak lupa memastikan kesehatan mereka tetap terjaga.
Kami terus mengingatkan, bahwa sebelum menolong orang lain, kita harus dalam kondisi prima dan sehat. Oleh karenanya, kami selalu mengingatkan relawan untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan, rutin mengecek kesehatan, dan rajin mengkonsumsi vitamin.
Apa pesan khusus yang ingin Bapak sampaikan kepada relawan PMI yang saat ini bertugas menangani bencana?
Pengurus PMI menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada relawan PMI di seluruh Indonesia, yang hari hari ini sedang berjuang membantu korban bencana. Di Halmahera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Semeru, Merapi, Sumedang, Sulawesi Barat, Sumbar, Aceh, dan di Kepulauan Seribu. [NNM]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID