Pelaku usaha memberikan apresiasi yang tinggi kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang tidak yang menerapkan lockdown setiap akhir pekan.
“Ini suatu keputusan yang sangat bijak mengingat keberadaan Jakarta sebagai kota jasa di mana ekonomi Jakarta digerakkan berbagai usaha sektor jasa yang setiap akhir pekan aktivitasnya sangat tinggi,” ujar Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Jakarta, Sarman Simanjorang kepada RM.id, Minggu (7/2).
Menurut dia, wacana akan diterapkannya lockdown akhir pekan sempat membuat pelaku usaha khawatir dan galau, mengingat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar alias PSBB yang diperketat saja membuat omzet turun tajam. Apalagi kalau setiap akhir pekan ada larangan keluar rumah akan membuat pelaku usaha semakin terpuruk dan frustasi.
“Dengan adanya pengumuman dari Gubernur Anies tidak akan menerapkan lockdown pada akhir pekan membuat pengusaha lega dan memiliki semangat untuk bertahan,” ujar Ketua Umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia ini.
Menurut dia, Anies memberikan sedikit napas bertahan bagi pengusaha di tengah pandemi Covid-19. Apalagi pengusaha saat ini yang sudah sangat diunjung tanduk karena sudah hampir setahun aktivitas usaha dan bisnis stagnan.
“Setidaknya ada sedikit harapan meraup omzet di akhir pekan di tengah pembatasan jam opersional yang ada untuk menyambung nafas usaha untuk mampu bertahan sambil menuggu badai Covid-19 berlalu,” ujarnya.
Menurut dia, banyak pelaku usaha yang berinovasi yang tadinya di bisnis travel atau pedagang fashion membuka usaha kuliner dan omzet mereka lumayan meningkat setiap akhir pekan. “Bisa dibayangkan jika lockdown diberlakukan akhir pekan,” ujarnya.
Menurut dia, selama ini pertumbuhan ekonomi Jakarta selalu di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Tapi, sebagai dampak Covid-19 ekonomi Jakarta terjun bebas dengan pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi.
Bahkan pada kuartal II-2020 minus 8,22 persen dan kuartal III-2020 menguat minus 3,82 persen. Untuk kuartal IV-2020 yang baru saja dipublis BPS DKI Jakarta menguat minus 2,14 persen. Dengan demikian secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Jakarta selama Januari-Desember 2020 minus 2,36 persen sedikit di atas pertumbuhan PDB Nasional minus 2,07 persen.
“Sebagai kota jasa ekonomi Jakarta sangat tergantung terhadap pergerakan manusia, semakin banyak manusia bergerak bebas di Jakarta maka peluang terjadinya transaksi ekonomi semakin besar, sebaliknya jika pergerakan manusia dibatasi maka ekonomi Jakarta akan stagnan,” ujarnya.
Jika pertumbuhan ekonomi nasional 2021 ditargetkan dikisaran 4,5-5,5 persen, maka target pertumbuhan ekonomi Jakarta 2021 harus di atas target pertumbuhan ekonomi secara nasional diatas, dikisaran 5-6 persen.
Dia optimis, target tersebut tercapai jika laju penyebaran Covid-19 bisa ditekan. Salah satunya dengan vaksinasi dan didukung dengan peran serta masyarakat Jakarta yang semakin disiplin melaksanakan protokol kesehatan. “Ini akan membawa kita keluar dari resesi,” ujarnya. [DIT]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID