Gonjang-ganjing korupsi terus menggelinding membuat bulu kuduk kita merinding. Belum lama ini KPK menangkap seorang rektor karena kedapatan melakukan jual beli bangku mahasiswa. Seorang gubernur menerima gratifikasi dengan jumlah fantastis di saat masyarakat kita susah ekonominya. Begawan hukum yang seharusnya menjadi panutan pencari keadilan malah menjadi tersangka kasus suap.
“Korupsi semakin masif, pertanda apa ini Mo?” celetuk Petruk serius. Romo Semar memilih diam sambil menghela napas panjang. Seolah membiarkan beban yang berada di dalam dada dibiarkan lepas. Rupanya Romo Semar sedang galau dengan dinamika politik yang terjadi akhir-akhir ini. Walau pemilu serentak masih dua tahun, suasana kebatinan untuk saling menyerang lawan politik semakin panas.
Kopi pahit dan ubi rebus selalu setia menemani sarapan pagi Romo Semar. Kepulan asap rokok klobot dibiarkan menari mengusik memori. Semar flashback ke zaman Mahabarata, ketika Bethari Durga menyuap Bethara Guru demi anaknya Dewasrani menjadi satria lelanange jagat.
Kocap kacarito, Sewaktu Khayangan diserang Prabu Niwatakawaca dari kerajaan Himahimantaka. Para dewa kewalahan menghadapi serangan para raksasa tersebut. Niwatakawaca marah karena lamarannya terhadap Dewi Supraba ditolak oleh Bethara Guru. Narada diutus mencari jago ke Arcapada untuk mengundurkan musuh para dewa. Arjuna berhasil mengalahkan Prabu Niwatakawaca. Atas keberhasilan Arjuna tersebut, Bethara Guru menghadiahkan gelar “satria lelanange jagat” kepada Arjuna.
Pemberian gelar lelanange jagat kepada Arjuna membuat iri banyak pihak. Salah satunya adalah Prabu Dewasrani. Dewasrani tidak rela gelar kehormatan jatuh kepada manusia biasa seperti Arjuna. Dewasrani lebih pantas menyandang gelar lelanange jagat dibandingkan Arjuna. Karena Dewasrani masih keturunan dewa. Dewasrani merupakan anak Bethara Guru dari perkawinannya dengan Dewi Uma atau Bethari Durga.
Dewasrani melalui ibunya Bethari Durga minta, pemberian gelar Arjuna harus dibatalkan dan dianulir. Durga merasa iba dengan keinginan anaknya tersebut. Tanpa membuang waktu, Bethari Durga menghadap Bethara Guru untuk mencabut gelar Arjuna. Awalnya Berhara Guru tidak setuju untuk membatalkan gelar yang sudah diberikan kepada panengah Pandawa tersebut. Namun berkat rayuan Durga, akhirnya Bethara Guru luluh hatinya dan menyetujui pencabutan gelar Arjuna.
Semar sebagai pamongnya satria Pandawa tidak bisa menerima pencabutan gelar lelanange jagat. Arjuna mendapatkan gelar karena sudah berbakti dan berkorban untuk Khayangan. Semar gugat kepada Shang Hyang Wenang untuk mencari keadilan atas perilaku menyimpang yang dilakukan Bethara Guru dan Bethari Durga. Gelar satria jagat harus diberikan kembali ke Arjuna. Dewasrani tidak berhak atas gelar kehormatan walaupun dia anak dewa.
“Durga melakukan praktik KKN ya, Mo,” sela Petruk, membuyarkan lamunan Romo Semar. “Betul, Tole. Perilaku Korupsi Kolusi dan Nepotisme dapat merusak tatanan sendi-sendi kehidupan berbangsa. Kalau KKN terus dibiarkan, maka ibarat sebuah virus dapat menjalar ke mana-mana. Ironi Bethara Guru sebagai panutan dan harapan terakhir pencari keadilan mau disuap dan disogok. Maka tidak heran terjadi goro-goro seperti sekarang ini,” sahut Semar. [Oye]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID