Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan RI mengalami surplus 1,96 miliar dolar AS pada Januari 2021, dengan nilai ekspor 15,30 miliar dolar AS dan impor 13,34 miliar dolar AS.
Menurut Kepala BPS, Suhariyanto, posisi ini jauh lebih bagus dibanding neraca perdagangan pada Januari 2020, yang mengalami defisit 640 juta dolar AS. Atau dibanding Januari 2019 yang juga defisit 980 juta dolar AS.
Dengan demikian, simpulnya, performa perdagangan pada Januari 2021 cukup bagus. Karena nilai ekspor meningkat 12,24 persen dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya.
Di awal tahun ini, ekspor pertanian mengalami peningkatan 13,91 persen, ekspor industri meningkat 11,72 persen, dan ekspor nilai tambang meningkat 16,92 persen.
“Hal itu jauh lebih bagus dibanding tahun lalu. Ini menimbulkan harapan, ekspor di bulan-bulan depan akan terus tumbuh dan pemulihan ekonomi berjalan sesuai harapan,” kata Suhariyanto, saat menggelar konferensi pers yang ditayangkan secara virtual di Jakarta, Senin (15/2/2021).
Meski demikian, lanjutnya, terdapat satu hal yang masih perlu menjadi perhatian, yakni turunnya nilai impor pada Januari 2021 sebesar 6,49 persen, jika dibandingkan Januari 2019, baik untuk barang konsumsi, barang penolong, dan barang modal. “Ini mengindikasikan, pergerakan impor belum sesuai dengan harapan,” jelas Suhariyanto.
Dilihat dari komoditasnya, untuk nonmigas yang menjadi penyumbang surplus terbesar pada Januari 2021 adalah lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral dan alas kaki.
Sementara berdasarkan negaranya, perdagangan RI masih mengalami surplus dengan beberapa negara, yakni dengan Amerika Serikat surplus 1,095 miliar dolar AS, dengan India surplus 563,2 juta dolar AS, dan Filipina 504,3 juta dolar AS.
Lalu, perdagangan Indonesia masih mengalami defisit dengan beberapa negara di periode yang sama, yakni dengan Tiongkok defisit 1,09 miliar dolar AS, dengan Australia 243,6 juta dolar AS, dan dengan Korea Selatan defisit 192,3 juta dolar AS. [RSM]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID