Politisi PDIP, Masinton Pasaribu mendadak jadi punya banyak musuh setelah nyerang Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan. Masinton diancam akan didemo pendukung Luhut sampai dilaporkan ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR. Diancam seperti itu, Masinton tidak ngeper.
Belakangan ini, Masinton memang sangat keras menyerang Luhut terkait wacana penundaan Pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden. Saking keras nanduknya, Masinton menyebut Luhut sebagai Brutus Istana. Dia juga meminta Presiden Jokowi menendang Luhut dari kabinet.
Gara-gara Masinton keras ke Luhut, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) bersama Forum OKP bakal mengepung Kantor DPP PDIP di Jakarta. Namun, sampai kemarin, ancaman demo itu, cuma isapan jempol.
Meski tak jadi di demo, kemarin, Masinton dilaporin ke Majelis Kehormatan Dewan (MKD) DPR oleh Koordinator Presidium Relawan Indonesia Bersatu (RIB), Lisman Hasibuan. Menurut Lisman, Masinton telah membuat kegaduhan dengan melontarkan kata-kata yang tidak beretika.
Lisman tak terima dengan narasi yang digunakan Masinton terhadap Luhut. “Beliau tidak elok menyuarakan ini ke publik. Apalagi menyerang secara frontal kepada Bapak Luhut Binsar Pandjaitan yang kita anggap sudah orang tua juga,” urai Lisman.
Lisman mengaku, laporannya sudah diterima MKD DPR. Lisman menunjukkan surat tanda terima dari MKD yang berisi laporan terhadap Masinton. “Kami meminta MKD memanggil Bung Masinton Pasaribu,” desaknya.
Bagaimana sikap Masinton terkait ancaman demo dan pelaporan ke MKD? Masinton menyatakan tidak takut. Karena, yang disampaikan dan disuarakannya adalah kehendak rakyat yang menginginkan tegaknya kebenaran dan keadilan di negeri ini.
“Yang saya sampaikan itu adalah hak dasar bernegara, bukan kriminalitas. Jangan dikte partai untuk memberangus suara kebenaran,” tegas kader banteng itu, tadi malam.
Saking beraninya, Masinton sesumbar siap mempertaruhkan nyawanya. “Sejarah panjang hidup saya, sejak mahasiswa hingga saat ini, sudah saya wakafkan melawan tirani penindas dan kekuasaan otoriter,” tegasnya.
Soal pelaporan dirinya, Masinton tidak mau ambil pusing. Justru ia menilai laporan itu layaknya sirkus lawak-lawak.
“Rakyat pasti senang dengan pejabat yang menyampaikan informasi jujur dan terbuka. Rakyat menunggu kejujuran, bukan mobilisasi laporan,” tutur Masinton.
Kemudian, Masinton kembali bicara soal serangannya ke Luhut. Menurut dia, kegaduhan itu bermula dari pernyataan Luhut tentang big data 110 juta warga yang menghendaki penundaan pemilu. Menurut Masinton, sebagai pejabat publik, jika tidak mampu membuktikan pernyataan tersebut, patut diduga data itu tak ada, dan bisa dikategorikan pembohong publik.
Karena itu, ia menolak dianggap memulai kegaduhan di ruang publik. Karena ada pejabat yang justru berupaya menabrak konstitusi dan amanat reformasi. “Jangan dibolak-balik,” imbuh Masinton. [MEN]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID