Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menegaskan, penggunaan kekerasan yang dilakukan aparat keamanan untuk menghalau unjuk rasa antikudeta di Myanmar, tidak dapat diterima. Hal tersebut disampaikan Retno dalam pertemuan bilateral dengan Menlu Jepang Motegi Toshimitsu, di Tokyo, Senin (29/3), saat keduanya membahas sejumlah isu kawasan dan dunia.
“Indonesia menolak keras penggunaan kekerasan oleh aparat keamanan (Myanmar) yang menyebabkan jatuhnya lebih dari 100 korban meninggal pada 27 Maret 2021,” kata Retno, saat menyampaikan keterangan pers secara virtual, Selasa (30/3), seperti dikutip Antara.
Retno melanjutkan, Jepang juga menyampaikan keprihatinan yang sama dengan Indonesia terkait perkembangan situasi di Myanmar. Retno menyeru penghentian kekerasan dengan segera agar tidak ada lagi korban.
Dia menambahkan, untuk menyelesaikan situasi di Myanmar, caranya dengan dialog. “Hanya melalui dialog, Myanmar akan dapat menyelesaikan masalah mereka,” imbuhnya.
Sebelumnya, melalui keterangan tertulis dari Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, Menlu Motegi mengecam keras situasi di Myanmar yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Untuk itu, ia menyambut baik upaya ASEAN membantu mengatasi situasi di Myanmar. Dia menyampaikan rasa hormat atas kepemimpinan Indonesia dalam upaya tersebut.
Menurut kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), sudah 510 warga sipil tewas dalam dua bulan unjuk rasa untuk melawan kudeta militer di Myanmar. Kelompok itu juga mencatat, Sabtu (27/3) menjadi hari paling berdarah selama unjuk rasa antikudeta dengan 141 korban tewas. [USU]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID