Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia memaparkan realisasi investasi Indonesia yang mencapai Rp 284,4 triliun pada kuartal I-2022.
Realisasi ini tumbuh 16,9 persen dibandingkan kuartal IV- 2021, dan tumbuh secara year on year (yoy) sebesar 28,5 persen.
“Alhamdulillah, berkat kerja keras, total investasi kita sebesar Rp 282,4 triliun pada kuartal pertama. Ini rekor terbaik di 10 tahun terakhir,” kata Bahlil saat konferensi pers virtual di Jakarta, kemarin.
Menurut Bahlil, pertumbuhan realisasi investasi baik secara kuartal maupun tahunan mengalami kenaikan pesat. Capaian ini menunjukkan, kebijakan Pemerintah menarik investasi memberikan rasa kepastian dan kenyamanan bagi para investor untuk menanamkan modalnya.
Mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) itu merinci, realisasi Rp 284,4 triliun terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 135,2 triliun (47,9 persen). Dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 147,2 triliun (52,1 persen). Masing-masing tumbuh, baik secara kuartal per kuartal maupun secara tahunan.
Untuk penyebaran wilayahnya, kata Bahlil, realisasi investasi ini masih didominasi di luar Pulau Jawa sebesar Rp 148,7 triliun atau 52,7 persen. Sementara di Pulau Jawa mencapai Rp 133,7 triliun atau 47,3 persen.
Berdasarkan lokasi proyek, realisasi investasi di kuartal I-2022 tersebar di DKI Jakarta, Jawa Barat, Riau, Jawa Timur dan Sulawesi Tengah.
“Sejak kuartal III-2020 investasi di luar Jawa sudah membaik dan makin stabil. Kondisi ini memang diharapkan Bapak Presiden Jokowi dalam rangka membangun Indonesia sentris,” ungkap Bahlil.
Realisasi investasi di periode ini didominasi oleh industri logam dasar, barang logam dan bukan mesin dan peralatannya; transportasi, gudang dan telekomunikasi; sektor pertambangan; sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran; serta listrik, air dan gas.
Menurut Bahlil, realisasi investasi di industri dasar, barang logam dan bukan mesin dan peralatannya kini menjadi sektor utama yang ditanam di Indonesia sejak 2021.
“Padahal, tadinya sektor tersebut hanya berada di posisi keempat pada 2019,” ujarnya.
Investasi di sektor tersebut juga saling mendukung dengan investasi di bidang transportasi dan pertambangan.
“Hilirisasi kita benar-benar terjadi. Kita tidak akan pernah terpengaruh dengan intervensi dari negara manapun untuk menahan hilirisasi kita,” ujar Bahlil.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, realisasi investasi yang makin membaik ini didukung beberapa faktor.
“Salah satunya pelonggaran mobilitas yang dilakukan Pemerintah, seiring makin terkendalinya pandemi Covid- 19,” kata Yusuf di Jakarta, kemarin.
Selain itu, menurut Yusuf, Pemerintah juga terus mendorong pembangunan infrastruktur. Terutama kawasan industri agar bisa beroperasi tahun ini.
Selain itu, ekspansi di dunia usaha juga relatif membaik jika dibandingkan tahun lalu.
“Salah satu indikatornya, kita lihat dari Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur yang sepanjang 3 bulan pertama di kuartal I-2022 berada di atas 50- an. Artinya, berada di level ekspansif,” pungkas Yusuf. [NOV]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID