Rakor Bareng Luhut Dan Nadiem Ini Strategi Khofifah Siapkan Sekolah Tatap Muka Di Jatim –

Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Luhut Binsar Pandjaitan menyelenggarakan rapat koordinasi (rakor) terbatas, Kamis (26/8). Rakor ini merespons tingginya antusiasme masyarakat agar dibuka kembali Pembelajaran Tatap Muka (PTM) selama PPKM untuk daerah yang berada pada level 3, 2 dan 1. Di rakor ini, Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa ikut memaparkan strateginya.
 
Rapat virtual dipimpin langsung Luhut. Yang ikut hadir Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim; Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin; Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian; Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas; serta para Gubernur, para Pangdam, dan Kapolda seluruh Indonesia.
 
Dalam paparannya, Nadiem menjelaskan tentang dampak yang telah dirasakan sektor pendidikan akibat terlalu lamanya pembelajaran jarak jauh di masa pandemi Covid-19. Menurut Nadiem, telah terjadi ancaman penurunan capaian belajar akibat learning loss. Karena itulah, perlu segera digelarnya pembelajaran tatap muka terbatas. Khususnya untuk daerah yang berada di level 3, 2 dan 1 dengan disertai protokol kesehatan yang ketat.
 
Sementara, Budi Gunadi Sadikin memaparkan tentang perkembangan Covid-19 di Tanah Air. Termasuk pada anak usia sekolah, yang berpeluang menyebarkan ke orang tua dan keluarga lain yang dalam kondisi rentan. Oleh karena itu, Budi menekankan penerapan disiplin protokol kesehatan (prokes) selama berlangsungnya pembelajaran tatap muka terbatas. Mulai dari berangkat ke sekolah sampai pulang kembali ke rumah. 
 
Giliran Khofifah, dia menekankan pentingnya vaksin bagi guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka dimulai secara terbatas bertahap. Ini untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi guru, siswa dan keluarganya serta masyarakat. Khofifah pun menekankan agar bupati/wali kota memprioritaskan pemberian vaksin kepada para siswa, khususnya SMA/SMK/MA.
 
Dalam paparannya, Khofifah menyampaikan, vaksinasi untuk guru di Jawa Timur sudah mencapai 88,48 persen untuk dosis pertama dan 77,74 persen untuk dosis kedua. Sedangkan untuk siswa SMA, SMK dan SLB, sesuai kewenangan provinsi, baru mencapai 7,79 persen untuk dosis pertama dan 1,31 persen untuk dosis kedua. “Untuk mencapai 100 persen vaksinasi untuk guru dan siswa SMA dan SMK, Jawa Timur masih membutuhkan 1,1 juta lebih dosis vaksin Covid-19,” ucap Khofifah. 

 

Jika dihitung mulai usia 12 tahun, lanjutnya, dibutuhkan 3,2 juta dosis vaksin. Oleh karena itu, Khofifah meminta agar Kementerian Kesehatan dapat segera memenuhi kebutuhan tersebut. “Selain kebutuhan untuk masyarakat umum yang juga masih cukup tinggi,” kata gubernur perempuan pertama di Jatim tersebut.
 
Mantan Menteri Sosial ini juga memaparkan tentang upaya-upaya yang telah dilakukan bersama Pemerintah Kabupaten/Kota terkait percepatan vaksinasi untuk pelajar. Antara lain, vaksin serentak untuk pelajar SMA dan SMK se-Jatim sebanyak 38 ribu dosis di 38 kabupaten/kota pada 4 Agustus 2021. Kemudian, vaksinasi serentak sebanyak 57 ribu dosis kembali digelar 28 dan 29 Agustus 2021 mendatang. 
 
Terkait kebijakan PTM untuk jenjang SMA/SMK dan SLB, Khofifah menyatakan, untuk satuan pendidikan yang berada di daerah dengan level 3 dan 2, sudah dapat memulai pembelajaran tatap muka mulai 30 Agustus 2021. Namun, pihaknya harus memastikan semua checklist kesiapan sekolah sudah dipenuhi, guru dan tenaga kependidikannya sudah divaksin, unit pendidikan sudah mendapatkan izin dari Satgas Covid-19 Kabupaten/ Kota setempat dan izin orang tua/wali siswa.
 
Demikian pula untuk daerah yang berada dalam zona aglomerasi yakni Surabaya Raya, yakni Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Mojokerto, dan Kota Mojokerto yang saat ini sudah berada di level 3 dapat menyelenggarakan pembelajaran tatap muka terbatas bertahap dengan mempedomani Inmendagri Nomor 35 tahun 2021.  
 
Bagi satuan pendidikan yang melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas dilaksanakan dengan kapasitas maksimal 50 persen untuk SMA dan SMK. Sedangkan untuk SLB maksimal 62 persen sampai dengan 100 persen dengan menjaga jarak minimal 1,5 meter dan maksimal 5 peserta didik per-kelas.
 
Pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas dijadwalkan secara bergantian dengan durasi pembelajaran paling lama 4 jam pelajaran per hari dengan 30 menit setiap jam pelajaran. Tanpa waktu istirahat, sehingga sebelum shalat zuhur siswa sudah pulang dan dapat melaksanakan ibadah di rumah masing-masing, untuk menghindari kerumunan di mushola atau masjid sekolah. Setiap siswa mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas paling banyak 2 kali dalam 1 minggu. [SAR]

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Generated by Feedzy