Ketua MPR Bambang Soesatyo menegaskan, usia muda bukanlah halangan untuk mengukir prestasi. Sebagaimana ditunjukkan Muhammad Fahmi Husaen, penyandang disabilitas yang mampu meraih sederet prestasi nasional dan internasional. Seperti Medali Emas Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ke-31 dan Medali Perak serta Special Award dari King Abdul Aziz University dalam Seoul International Invention Fair 2018.
Kemudian, ada Joey Alexander, yang ketika usianya masih belasan tahun, kepiawaiannya bermain piano menembus Billboard 200 dan mendapatkan nominasi Grammy Awards untuk kategori Best Jazz Solo Improvisation dan Best Instrumental Jazz Album. Ada juga Harry Halim, desainer muda Indonesia pertama yang mampu menembus ajang bergengsi Paris Fashion Week.
“Serta Aries Susanti Rahayu, peraih Medali Emas IFCS World Cup Xiamen 2019, yang memecahkan rekor dunia sebagai wanita pertama yang mencatatkan waktu kurang dari 7 detik dalam kejuaraan panjat tebing kategori speed. Mereka telah menebar inspirasi, patut diteladani para pemuda Indonesia lainnya,” ujar politisi yang akrab disapa Bamsoet ini, dalam Webinar Sky Talk 2021, OSIS Ganasatya Arkatama SMA Labschool, secara virtual, di Jakarta, Senin (5/4).
Ketua DPR ke-20 ini menjelaskan, merujuk Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2020 yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pemuda Indonesia berusia 16 sampai 30 tahun mencapai 64,5 juta jiwa. Hampir seperempat dari total jumlah penduduk Indonesia.
“Dari aspek latar belakang pendidikan, sebagian besar pemuda Indonesia atau 74,18 persen adalah lulusan SMA dan SMP. Pemuda yang menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi hanya sebesar 10,36 persen, dan sekitar 11,97 persen pemuda hanya tamat SD/sederajat, serta sisanya (3,49 persen) tidak tamat SD atau belum pernah sekolah,” papar Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menerangkan, dari aspek potensi ekonomi dan ketenagakerjaan pemuda, yang diukur berdasarkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, ternyata belum optimal. Pada 2020, Indonesia berada di angka 61,31 persen, dengan tingkat pengangguran terbuka mencapai 15,23 persen. Artinya, dari setiap 100 angkatan kerja pemuda, terdapat sekitar 15 pemuda yang tidak atau belum bekerja.
“Data BPS mencatat 85,62 persen pemuda Indonesia adalah pengguna aktif internet. Namun sayang, besarnya angka penetrasi internet generasi muda tersebut belum dimanfaatkan secara optimal,” terang Bamsoet.
Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menggambarkan, merujuk pada survei yang dilakukan Kementerian Ketenagakerjaan pada 2018, tercatat sekitar 90,61 persen pemuda menggunakan internet hanya untuk media sosial dan jejaring sosial. Padahal, sesungguhnya internet sangat potensial dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif.
“Aspek lain yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa penggunaan internet pada semua lini kehidupan (the internet of things), di satu sisi telah menawarkan banyak kemudahan dan efisiensi, namun di sisi lain juga telah melahirkan generasi yang cenderung individual dan anti sosial,” tutur Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menekankan, daya magis modernitas zaman yang direpresentasikan oleh hadirnya gadget canggih dan kaya fitur, serta didorong pesatnya kemajuan teknologi informasi, membuat generasi muda menjadi terlalu asyik dengan dunianya sendiri. Sehingga cenderung abai dan acuh dengan realita sosial dan kondisi lingkungan di sekitar mereka.
“Karena itu, saya ingin berpesan kepada segenap generasi muda bangsa, bahwa generasi muda saat ini adalah pewaris estafet kepemimpinan nasional yang akan mengemban amanah kebangsaan dalam membangun peradaban Indonesia di masa depan. Wajah pemuda saat ini, adalah wajah Indonesia di masa depan,” pungkas Bamsoet. [USU]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID