Kementerian Keuangan (Kemenkeu) optimistis defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2021 lebih rendah dari asumsi target yang ditetapkan Pemerintah.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Febrio Kacaribu mengatakan, defisit APBN tahun ini bisa ditekan menjadi Rp 939,6 triliun atau lebih rendah Rp 66,8 triliun dari target sebelumnya Rp 1.006,4 triliun.
“Untuk outlook tahun ini, defisit secara nominal turun ke 939,6 triliun. Ini sudah biasa terjadi. Tahun lalu contohnya, Pemerintah proyeksi defisit 6,3 persen, persen, namun faktanya 6,1 persen,” kata Febrio dalam konferensi pers, kemarin.
Meski begitu, Febrio mengaku, masih mewaspadai potensi peningkatan kasus Covid-19
“Kalau peningkatan kasus Covid-19 varian Delta beberapa bulan ini mengakibatkan pemburukan ekonomi. Hal ini tentunya berdampak terhadap daya tahan fiskal,” ujarnya.
Karenanya, Kemenkeu mematok defisit APBN 2021 sebesar 5,82 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan outlook sebelumnya yakni 5,7 persen dari PDB.
Ia menyebut, peningkatan persentase defisit APBN tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang diprediksi lebih rendah, karena seiring dengan eskalasi kasus Covid-19.
Sebelumnya, Pemerintah telah merevisi outlook pertumbuhan ekonomi pada 2021 berada di rentang 3,7 persen -4,5 persen year on year (yoy). Angka tersebut melebar dari posisi outlook sebelumnya di kisaran 4,5 persen -5,3 persen secara tahunan.
Namun, secara nominal Pemerintah mematok outlook defisit APBN 2021 sebesar Rp 939,6 triliun, turun Rp 66,8 triliun dari posisi target defisit yang sebelumnya.
Dijelaskan, defisit nominal yang menurun ini membuat resikonya lebih rendah lantaran secara nominal kebutuhan pembiayaan di tahun-tahun berikutnya pun akan lebih rendah.
Dia meyakini, kredibilitas Indonesia di mata asing masih akan terjaga tahun ini karena rendahnya defisit secara nominal.
“Risikonya kami melihat malah lebih rendah. Kenapa? Karena secara nominal kebutuhan pembiayaan itu lebih rendah tadinya Rp 1.006,4 triliun. Ini sesuatu yang lumrah dan kami lihat ini sesuatu positif karena risiko fiskalnya rendah,” pungkas Febrio.
Febrio juga memaparkan jika grafik tingkat pengangguran dan kemiskinan di Indonesia terus menurun sejak awal 2021. Penurunan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia itu terjadi saat pertumbuhan ekonomi nasional masih minus 0,7 persen secara yoy pada Februari 2021.
“Di kuartal pertama 2021 pertumbuhan ekonomi kita secara year-on-year masih minus 0,7 persen. Akan tetapi tingkat pengangguran terbuka itu sudah turun 0,81 percentage poin,” terang Febrio.
Ia menegaskan, angka pengangguran yang terus mengecil ini jadi pertanda bahwa ekonomi Indonesia tidak hanya pulih dari aspek low base saja, tapi juga berhasil menyerap tenaga kerja.
“Pemulihan ekonomi itu paling tidak sampai Februari 2021 sudah menciptakan 2,6 juta lapangan pekerjaan baru,” ujar dia.
Dengan adanya 2,6 juta lapangan kerja baru, Febrio menghitung, tingkat pengangguran berhasil dipangkas hingga mencapai 1,02 juta orang.
Dari berbagai indikator tersebut, dia memastikan Indonesia masuk dalam jajaran negara yang pemulihan ekonominya sudah lebih baik dibandingkan sebelum pandemi. [NOV]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID