GeNose, alat pendeteksi Covid-19 buatan Universitas Gajah Mada (UGM), bukanlah perangkat sembarangan.
Menteri Riset dan Teknologi Bambang PS Brodjonegoro menegaskan, GeNose telah melalui proses uji terhadap 2.000 sampel menggunakan artificial intelligent (AI).
“GeNose sudah diuji validasinya dengan 2.000 sampel, dan akurasinya sudah 90 persen. Semakin banyak dipakai, alat ini akan semakin akurat. Karena akan selalu di-update oleh tim dari UGM,” kata Bambang saat meninjau uji coba GeNose di Stasiun Senen, Jakarta bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Rabu (3/2).
Bambang memastikan, GeNose tidak dimaksudkan sebagai pengganti swab test PCR. Namun, alat tersebut dapat digunakan sebagai syarat perjalanan penumpang angkutan umum, khususnya kereta api, karena telah mengantongi izin penggunaan dari Kementerian Kesehatan.
“Ini untuk memisahkan mana yang boleh naik kereta, mana yang tidak. Ini jadi pengganti yang jauh lebih baik dari termometer, bukan PCR. Kalau hasil tes GeNose positif, langsung PCR. Itu tetap gold standard. GeNose bukan untuk menggantikan PCR,” tegasnya.
Terkait hal ini, Tim Penemu GeNose dari UGM Eko Fajar mengatakan, riset terhadap GeNose sudah dilakukan sejak 2019. Namun, sampai saat ini, peneliti masih terus menyempurnakan risetnya. Agar bisa dimanfaatkan dalam skala lebih besar.
“Kami sudah mulai riset sejak 2009 hingga sekarang. Riset kami akhirnya membuahkan hasil, dan sudah mulai digunakan masyarakat. Kami mohon dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia,” ucapnya.
Mulai Jumat (5/2) besok, GeNose akan digunakan sebagai alat pendeteksi Covid-19 di Stasiun Pasar Senen dan Stasiun Tugu Yogyakarta. [KPJ]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID