Perjalanan Holding Ultra Mikro (UMi) kini memasuki babak akhir, dengan ditandatanganinya akta inbreng (pengalihan saham) PNM dan Pegadaian ke BRI. Diketahui proses Holding UMi telah berjalan sejak Juli 2020 hingga September 2021.
Proses inbreng ini tidak mengubah porsi kepemilikan pemerintah atas saham pengendali di BRI. Di sisi lain, setelah holding terbentuk, negara tetap memiliki satu lembar saham merah putih seri A atau golden share di Pegadaian dan PNM.
Ketua Project Management Officer (PMO) Integrasi Ekosistem Ultra Mikro, Catur Budi Harto menyatakan, holding UMi merupakan The Most Valuable Champion Inclusion yang menjangkau ultra mikro sebagai sumber utama baru di masa yang akan datang.
Bisnis model BRI, PNM dan Pegadaian selaing bersinergi melengkapi kebutuhan pembiayaan ultar mikro, juga mampu memberikan journey keuangan yang terintegrasi secara masif.
“Prose pembentukan hoding UMi memasui tahap akhir dengan ditandatanganinya pengalihan saham hak atas pemerintah kepada ke BRI. Pembentukan holding telah melalui rangkaian proses,” jelasnya dalam Penandatangan akta inbreng Holding UMi secara virtual, Senin (13/9).
Catur merinci, perjalanan holding mulai dari 17 Februari 2021. Pertama, melakukan konsultasi dengan DPR pada 18 Maret 2021. Kedua, persetujuan dari pemegang saham BRI dalam RUPSLB BRI pada 22 Juli 2021.
Ketiga, meraih persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 27 Agustus 2021 dan keempat adalah pernyataan efektif dari OJK pasar modal pada 30 Agustus 2021.
Selain itu pemerintah telah menerbitkan PP No.73 Tahun 2021 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) RI ke dalam modal saham BRI. Serta adanya Keputusan Menteri Keuangan tanggal 16 Juli 2021, perihal penetapan nilai penambahan PMN kepada modal saham BRI.
“Selama proses tersebut telah banyak inisiatif dan langkah-langkah strategis yang dilakukan PMO, demi terwujudnya holding mikro,” tutur Catur.
Direktur Utama BRI, Sunarso mengatakan, holding akan menghasilkan lembaga pemberdayaan mikro termasuk ultra mikro terbesar yang memiliki ekosistem keuangan terlengkap.
Ekosistem ultra mikro yang dibangun berdasarkan sinergi model bisnis BRI, Pegadaian, dan PNM akan mampu memberikan journey layanan keuangan yang terintegrasi bagi pelaku usaha di segmen tersebut.
“Journey-nya dimulai dengan fase Empower dimana PNM melalui model bisnis Group Lending-nya memberikan program pemberdayaan kepada nasabah yang unfeasible dan unbanked untuk menjadi pengusaha ultra mikro yang lebih independen,” tegas Sunarso.
Selanjutnya, pada fase Integrate, saat nasabah PNM sudah menjadi feasible dengan kapasitas bisnis yang meningkat, dapat ditawarkan produk Ultra Mikro BRI dan Pegadaian.
Tujuan akhir dari Integrated Journey dalam Ekosistem Ultra Mikro ini adalah fase Upgrade, dimana nasabah UMi telah berkembang menjadi pengusaha dengan kapasitas bisnis yang lebih matang dan siap naik kelas ke segmen mikro.
Lebih lanjut, Sunarso menjelaskan potensi holding dari segi bisnis. Dari data yang dimiliki pihaknya, usaha ultra mikro yang membutuhkan pendanaan tambahan mencapai 45 juta nasabah pada 2018. Dari jumlah itu, yang sudah tersentuh lembaga keuangan formal baru sekitar 15 juta nasabah.
Direktur Utama Pegadaian, Kuswiyoto menambahkan, jika sinergi ekosistem Ultra Mikro yang terbentuk, karena holding akan memberikan akses layanan keuangan yang lebih luas dan lebih mudah kepada pelaku usaha di segmen tersebut.
“Pegadaian akan melanjutkan peran pemberdayaan PNM melalui akses produk berbasis gadai dan layanan keuangan lainnya yang lebih luas kepada nasabah ultra mikro yang feasible dan bankable sehingga naik kelas,” imbuhnya.
Senada, Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi. Menurutnya, ketiga entitas sudah melakukan integrasi terutama dalam sumber daya, infrastruktur dan data.
Dengan integrasi ekosistem UMi melalui holding, kami pun optimistis program PNM Mekaar akan semakin memberikan manfaat bagi masyarakat kecil karena dapat mengoptimalkan peran pemberdayaan PNM dengan penurunan biaya overhead. [DWI]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID