Mari Bangun Kesadaran Sejarah Dan Nasionalisme Dengan Membaca –

Kesadaran sejarah tidak mungkin bisa dibangun tanpa membaca buku. Perpustakaan Nasional (Perpusnas) pun memegang peranan untuk memberikan akses bahan bacaan kepada masyarakat, terutama generasi muda. 

Dengan membaca, generasi muda memiliki pengetahuan sejarah yang memadai. Selanjutnya, kesadaran sejarah muncul sehingga terbentuk jiwa integritas generasi muda yang diharapkan menjadi bekal dalam menghadapi tantangan global.

Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menyatakan, momen peringatan Kemerdekaan RI sama dengan mengulas jasa para pejuang. Semangat perjuangan pun harus terus digelorakan.

Syarif menerangkan, dulu, para pejuang melawan musuh yang terlihat. Sedangkan generasi saat ini berjuang untuk mempertahankan Sumber Daya Alam (SDA) agar tidak terus diekploitasi bangsa lain. “Upaya Perpustakaan Nasional dalam memberikan akses bahan bacaan seluas-luasnya kepada masyarakat, mengambil bagian terkecil dalam mencerdaskan anak bangsa,” ujarnya, saat membuka webinar dengan tema “Proklamasi Indonesia Merdeka 1945-1950: Data dan Fakta”, Senin (16/8).

Senada dengan hal tersebut, akademisi sekaligus pengamat sejarah dari Universitas Indonesia Didik Pradjoko mengatakan, kesadaran sejarah hanya bisa dibangun dengan rajin membaca buku. Membaca menjadi pintu masuk menuju pengetahuan.

Didik menerangkan, kelompok inteligensia yang merupakan bagian dari perjuangan kebangsaan Indonesia terdiri dari anggota terpelajar yang memberikan penerangan kepada masyarakat tentang ketidakadilan yang dilakukan kolonial. Dengan kata lain, kelompok inteligensia berperan sebagai aktivis pergerakan kebangsaan.

 

“Gerakan kelompok inteligensia sangat penting dalam menyuarakan pendapat antikolonial pada saat itu. Diharapkan, pelajar dan mahasiswa di masa sekarang bisa meneladani tokoh-tokoh kelompok inteligensia ini untuk meneruskan perjuangan mereka,” harap Didik.

Pada periode revolusi tahun 1945-1949, perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya di medan tempur ataupun di meja diplomasi. Melainkan juga di medan pikiran. Dosen Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta M Yuanda Zara menjelaskan, perjuangan juga dilakukan melalui komunikasi persuasif. “Perjuangan di medan pikiran adalah melalui komunikasi persuasif atau dikenal juga sebagai propaganda politik,” ungkapnya.

Peran propaganda sebagai pilar perjuangan dinilai penting karena jumlah penduduk Indonesia yang banyak dan terdiri dari ratusan etnis. Selain itu, terdapat perbedaan pandangan yang ekstrem tentang arti ‘kemerdekaan’, kemudian wilayah Indonesia juga sangat luas dengan jaringan informasi dan transportasi yang buruk.

Untuk itu, usaha awal propaganda dilakukan melalui berbagai cara. Di antaranya penyebaran dari mulut ke mulut, pengibaran bendera, diseminasi via radio, penerbitan oleh koran dan majalah, pengetikan tangan berkali-kali, serta melalui ‘rapat samudera’.

Adapun aktor yang berperan dalam proses propaganda pada masa itu antara lain Kementerian Penerangan, BP KNIP, jurnalis nasionalis, dan penyiar radio. Tidak hanya berbentuk tulisan, aksi propaganda juga dilakukan menggunakan tampilan visual berbentuk karikatur dan grafiti. [USU]

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Generated by Feedzy