Selama masa pandemi, seluruh kegiatan belajar terpaksa harus dilakukan secara daring. Sayangnya, hingga kini sistem tersebut masih menyisakan masalah. Apalagi untuk siswa berkebutuhan khusus seperti tunarungu, yang selanjutnya disebut dengan istilah Teman Tuli.
Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerja sama dengan Siberkreasi dan Kitatama mengadakan Webinar Digital Society dengan tema “Strategi Pembelajaran Peserta Didik Teman Tuli Selama Masa Pandemi”, Kamis (25/2). Webinar ini dimaksudkan untuk mengetahui apa saja kendala dan solusi yang dapat diberikan dalam menghadapi kegiatan pembelajaran bagi peserta didik Teman Tuli selama masa pandemi Covid-19 dan memberikan pengetahuan kepada tenaga pendidik mengenai strategi pembelajaran bagi peserta didik Teman Tuli selama pandemi.
Sesi webinar dimulai dengan keynote speech dari Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kemkominfo Semuel Abrijani Pangerapan dan dilanjutkan dengan sambutan dari Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Kemendikbud Samto.
Menurut Samto, secara garis besar, ada tiga metode pembelajaran yang dikhususkan bagi siswa berkebutuhan khusus selama pandemi. Yaitu pembelajaran daring, pembelajaran luring atau penugasan, dan kunjungan ke rumah. “Kita menjamin bahwa di masa pandemi ini, proses belajar tetap berjalan, dan anak-anak tetap mempunyai keterikatan dengan sekolah,” ucap Samto, dalam keterangan yang diterima redaksi, Jumat (26/2).
Webinar dilanjutkan dengan sesi dialog dengan para narasumber, yaitu Kepala Program Studi Pendidikan Khusus Universitas Negeri Semarang (UNS) Subagya. Dia memaparkan tentang strategi kurikulum dan pembelajaran yang ramah terhadap peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) tuli di masa pandemi.
Narasumber berikutnya adalah Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Balikpapan Ade Putri Sarwendah. Ade menjelaskan, kunci sukses dari kegiatan belajar dari rumah adalah dengan memilih strategi yang sesuai, menentukan teknologi yang tepat, membangun empati, komunikasi yang efektif, dan guru harus menjadi role model untuk siswa.
“Teknologi hanyalah sebuah alat. Tugas guru yang paling utama adalah memotivasi siswa untuk belajar dan mempertahankan semangat,” jelas Ade.
Selanjutnya, ada public figure dan mahasiswa tuli di Rochester Institute of Technology Surya Sahetapy yang berbagi cerita dan pengalamannya dalam menjalani kegiatan pembelajaran di masa pandemi. Saat ini, Surya juga aktif dalam berbagai organisasi seperti di National Technical Institute for the Deaf on Culture and Language, Handai Tuli Indonesia, Jakarta Sign Language Instructor, dan masih banyak lagi. [USU]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID