Pemerintah menyiapkan berbagai strategi untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi di angka 5 persen. Target ini diyakini bisa tercapai jika jumlah kasus Covid-19 menurun.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengatakan, strategi yang akan dijalankan Pemerintah adalah fokus pada langkah-langkah antisipatif dan responsif menekan penyebaran Covid-19.
“Penyebaran virus Corona yang terkendali dipastikan akan mendorong keberlanjutan tren pemulihan ekonomi nasional,” kata Febrio dalam keterangan resminya, kemarin.
Strategi lainnya, lanjut Febrio, Kementerian Keuangan bersama Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam wadah Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), juga terus melakukan koordinasi untuk memastikan bahwa proses pemulihan ekonomi nasional didukung oleh kebijakan yang kondusif, terpadu dan efektif.
Kebijakan fiskal ini dalam bentuk insentif fiskal dan belanja negara. Selain itu, ada juga kebijakan moneter, makroprudensial, sistem pembayaran, kebijakan makroprudensial sektor keuangan dan kebijakan penjaminan simpanan secara terpadu.
“Kebijakan-kebijakan ini diarahkan selaras dengan reformasi struktural yang terus kami lakukan,” kata Febrio.
Menurutnya, koordinasi dan sinergi kebijakan terpadu dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi ini sangat dibutuhkan untuk membantu pelaku ekonomi, agar tetap dapat bertahan dan mulai melakukan ekspansi usaha.
Sementara, reformasi struktural yang dijalankan Pemerintah diharapkan bisa menghapus berbagai hambatan iklim usaha, sehingga produktivitas berusaha bisa makin meningkat.
“Manfaat berbagai strategi yang dijalankan Pemerintah ini akan tercermin pada meningkatnya aktivitas ekonomi. Khususnya investasi yang menciptakan lapangan kerja,” tegas Febrio.
Saat ini, Pemerintah terus menggenjot vaksinasi, sekaligus tetap memperkuat testing, tracing, dan treatment (3T). Selain itu, mendorong kedisiplinan protokol kesehatan, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan (3M).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga optimis pertumbuhan ekonomi 2021 bisa di kisaran 4,5 persen hingga 5,5 persen.
Bahkan, Ketua Umum Partai Golkar tersebut memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2021 1,6 persen hingga 2,1 persen.
Menurut Airlangga, konsumsi rumah tangga menjadi daya ungkit bagi perekonomian karena berkontribusi paling besar terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB).
“Pemerintah akan menumbuhkan konsumsi rumah tangga dengan merealisasikan berbagai program jaminan sosial untuk menstimuliasi daya beli,” tegasnya.
Ekonom COREIndonesia, Yusuf Rendy Manilet menilai, realisasi pertumbuhan ekonomi 2020 yang masih terkontraksi menjadi semacam early warning bagi Pemerintah.
“Meski Pemerintah berhasil mendorong stimulus yang besar, namun pemulihan ekonomi berjalan lambat. Ini terlihat dari selisih perbaikan pertumbuhan pada kuartal IV dibandingkan kuartal III-2020,” kata Yusuf kepada Rakyat Merdeka.
Salah satu penyebab kenapa proses pemulihan ekonomi berjalan lambat, yaitu penyebaran Covid-19 masih relatif tinggi. Hal ini harus diwaspadai, karena di tahun ini setidaknya sampai dengan awal tahun, penyebaran Covid-19 justru terus mencatatkan peningkatan.
Dengan kondisi demikian, dan proses pembatasan sosial yang belum bekerja secara optimal, peluang pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2021 masih berada di level negatif masih sangat ada.
Ada pun untuk target pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen, sebenarnya masih bisa diraih asalkan Covid-19 bisa ditekan.
“Pembatasan sosial juga harus dievaluasi. Jangan hanya menekan ekonomi tapi tidak berdampak pada penekanan kasus Covid-19,” saran Yusuf. [NOV]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID