Kasus penyuntikan vaksin kosong tidak hanya terjadi di Indonesia. Beberapa negara juga mengalami kasus hampir serupa. Salah satunya, Malaysia.
Professor Universiti Putra Malaysia Bimo Ario Tejo, PhD menuturkan, di negara tempat dia tinggal itu kasus penyuntikan vaksin kosong tidak hanya terjadi satu kali. Kasus vaksin tersebut juga ramai tersiar.
“Memang kelihatannya kasus ini ada di mana-mana. Di Malaysia tidak cuma satu kali tapi ada beberapa,” ujarnya dalam FGD bertajuk Efikasi Vaksin Dan Ancaman Varian Baru yang digelar RM.id, Jumat (13/8).
Pakar Bioteknologi ini belum memahami secara pasti alasan pelaku. Namun dikabarkan, pelaku melakukan suntik vaksin kosong dengan alasan serupa pelaku di Indonesia.
“Di Malaysia alasannya juga karena tidak ada niat suntik kosong. Pelaku mengaku akibat faktor kelelahan,” bebernya.
Akibat kelelahan maka petugas tersebut susah konsentrasi sehingga di luar kontrol menyuntikkan vaksin kosong ke peserta.
Pemerintah akhirnya melakukan antisipasi agar peserta vaksin bisa mendapatkan hak vaksin serta terhindar dari suntikan kosong.
Pemerintah disana melalui Kementerian Kesihatan (KKM) dan Kementerian Sains, Teknologi dan Inovasi (MOSTI) sepakat memberikan aturan, peserta vaksin boleh merekam kegiatan vaksinasi sampai proses penyuntikan.
“Kasus baru-baru ini terulang dan terdeteksi karena peserta merekam penyuntikan dengan smartphone. Kemudian terungkap bahwa yang disuntikkan itu kosong,” ungkap Bimo.
Sebelumnya, kata Bimo, aktivitas perekaman dilarang saat itu soalnya dikhawatirkan akan mengganggu konsentrasi si vaksinator. Namun karena kasus suntik vaksin kosong terulang, maka peserta diizinkan untuk merekam.
“Petugas itu mengambil vaksin dari Botolnya ditunjukkan di depan mata penerima. Lalu petugas menunjukkan vaksin tersebut sembari memastikan tentang vaksin kemudian disuntikan setelah dicabut ditunjukkan lagi bahwa alat suntik sudah kosong,” paparnya.
Sebelum kasus vaksin kosong ini terulang, cara tersebut bisa ditiru Indonesia. “Saya rasa bisa direkam dan minta supaya vaksinator memperlihatkan betul-betul vaksin yang akan disuntikkan,” beber Bimo.
Seperti diketahui beberapa waktu lalu di Indonesia sempat viral kasus penyuntikan vaksin kosong. Pelaku berinisial EO yang mengaku tidak sengaja ini sudah berdamai dengan pihak korban. EO mengaku, pada saat kejadian tersebut, dia telah menyuntikkan vaksin terhadap 599 orang.
Kasus lainnya juga terjadi di Jerman. Tapi di negara Bavaria ini, kasus penyuntikan kosong bukan karena kelelahan. Tapi sengaja. Vaksinator mengganti kandungan vaksin dengan air garam lalu disuntikan kepada peserta vaksin.
“Itu jelas bahwa susternya bagian dari gerakan anti vaksin sehingga dia sengaja mengganti vaksin dengan air garam,” beber Bimo. [JAR]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID