Warga Ibu Kota mesti kembali memperketat protokol kesehatan (prokes). Sebab, kasus positif dan kematian Covid-19 di Jakarta melonjak pasca merebaknya Varian XBB.
Data Dokter Alumni Smandel menyebut, 30 Oktober 2022, positivity rate atau persentase angka positif di Jakarta naik 4 persen dari minggu sebelumnya.
Sekretaris Dokter Alumni Smandel dr Ngabila Salama mengungkapkan, jumlah kasus positif, naik 38 persen. Sedangkan angka kematian naik 56 persen.
“CFR (Case Fatality Rate) pun naik menjadi 0,21 persen, menandakan missing cases di lapangan tinggi. CFR sama seperti pertengahan Juli 2022 saat puncak kematian Omicron BA.2. CFR akan baik, jika dapat ditekan kurang dari 0,1 persen atau maksimal 1 kematian per 1.000 kasus positif,” kata dr Ngabila Salama, Minggu (30/10).
Perempuan yang juga menjabat sebagai Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta ini mengatakan, sudah ditemukan 5 kasus XBB di Ibu Kota. Dan, proporsi genomiknya naik dari 1,4 persen menjadi 7 persen dalam waktu 1 minggu. Sedangkan Varian BA.2.7.5 sudah ditemukan 17 kasus.
Ngabila bilang, Varian XBB ini menyebabkan kenaikan kasus di beberapa negara. Selain itu, pada varian ini, ada tren kenaikan kasus pada balita dan anak 6-18 tahun tetapi proporsi kasus positif pada anak tidak naik.
Karena itu, lanjut dia, surveilans Whole Genome Sequencing (WGS) perlu ditingkatkan terus. Terutama kasus berat dan meninggal di rumah sakit dan secara random kasus positif pada masyarakat.
Dia mengimbau, warga untuk melakukan pencegahan agar tidak tertular varian baru Covid dengan memakai masker, menjaga ventilasi, menjaga imunitas baik dengan pola hidup sehat cerdik setiap hari, istirahat cukup, dan mengelola stres.
“Cegah keparahan, meninggal, dan long Covid dengan vaksinasi. Tak hanya Covid, penyakit airborne, droplet, dan menular lainnya juga harus dicegah,” ujarnya.
Ngabila mengungkapkan, kasus pasien meninggal Covid, memiliki komorbid berat dan usia di atas 40 tahun. Karena itu, deteksi dini dan kontrol komorbid penyakit kronis sangat penting untuk mencegah kematian.
Terlebih kondisi saat ini sedang pancaroba. Cuaca sedang kurang baik. Kondisi saat ini membuat imunitas manusia terganggu dan memudahkan semua kuman untuk masuk ke dalam tubuh.
“Untuk meningkatkan imunitas dianjurkan menerapkan pola hidup sehat. Selain itu, juga melakukan vaksinasi influenza juga vaksinasi influenza mandiri terutama untuk anak, lansia, tenaga kesehatan,” saran dia.
Dia pun menyarankan, para lansia untuk booster dosis keempat sesudah 3 bulan dari dosis ketiga dan pada usia 40-59 tahun sesudah 6 bulan dari dosis ketiga.
Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, vaksinasi terbukti ampuh untuk mencegah Covid-19, apapun variannya. Karena itu, Pemerintah harus menjamin ketersediaan dan pemberian vaksin.
Dicky bilang, varian XBB ini sangat efektif dalam menginfeksi maupun mereinfeksi. Meski gejala yang ditimbulkannya ringan, XXB ini berbahaya. Terutama pada kelompok yang rawan, seperti tenaga medis, komorbid, lansia dan anak-anak.
“Tanpa adanya vaksin, upaya kita mengarah pemulihan dan mengurangi dampak kematian ini akan gagal. Malah bisa menjadi lebih buruk,” ingat Dicky.
Dia menyebut, Covid-19 masih menjadi ancaman. Virus Corona ini akan menimbulkan varian dan gelombang baru. Varian Covid-19 tampak tidak terlalu berbahaya seperti pada awal kemunculannya, karena ada dua faktor. Pertama, imunitas masyarakat sudah membaik karena melakukan vaksinasi. Kedua, kelompok masyarakat yang paling rawan sudah banyak yang meninggal. Sehingga yang ada saat ini adalah kelompok masyarakat yang bukan paling rawan.
Meski begitu, Dicky mengimbau, masyarakat untuk tetap disiplin. Sebab, Covid-19 ini cepat bermutasi. Sehingga jika masyarakat abai, peluang virus ini bermutasi akan semakin besar. Karena itu, imunitas menjadi sangat penting dengan membangun cakupan vaksinasi yang memadai.
Dia mencontohkan pandemi flu tahun 1918. Pandemi ini butuh waktu 30 tahun untuk pemulihan. Dicky bilang, status endemi bukan hal yang bagus karena kesakitan dan kematian tetap ada.
“Karena itu, perubahan perilaku hidup sehat dan bersih di segala aspek, termasuk kesediaan vaksin, sangat penting bagi perlindungan. Juga penguatan deteksi dan layanan kesehatan di seluruh wilayah di Indonesia,” tandasnya.
Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, XBB diprediksi menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 pada akhir tahun 2022. Puncaknya, pada Januari 2023. Prediksi itu sudah dijelaskan oleh beberapa ahli kesehatan di Amerika Serikat dan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Namun, menurut dia, XBB belum terbukti lebih berbahaya secara klinis dibandingkan dengan varian sebelumnya.
“Pada beberapa negara kasus subvarian XBB bergejala ringan dan lebih cepat pulih,” kata Wiku saat konferensi pers virtual, Kamis (27/10). ■
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID