Kapal Selam Nanggala Di Laut Bali Kini, Suaranya Pun Tak Terdengar Lagi –

Pencarian Kapal Selam KRI Nanggala-402 belum juga menemui titik terang. Meski bala bantuan dan alat-alat canggih sudah datang, tapi belum ada yang mampu melacak kapal selam yang hilang kontak sejak Rabu lalu, di Laut Bali, tersebut. Bahkan kini, suara kapal selam buatan Jerman tahun 1979 itu pun sudah tak terdengar lagi.

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Achmad Riad memastikan, kapal selam yang membawa 53 prajurit TNI itu dalam keadaan diam dan tidak ada suara. Untuk mencarinya, dibutuhkan kapal-kapal yang memiliki kemampuan membaca sonar.

“Kapalnya kan sudah diam, tidak ada suara. Dan, hanya sonar yang bisa menangkap. Tidak semua kapal yang memiliki kemampuan membaca sonar. Kapal-kapal yang ini diharapkan dari data awal akan digelar,” ungkap Riad, dalam konferensi pers di Base Ops Lanud Ngurah Rai, Badung, Bali, kemarin.

Pencarian terus diupayakan. Hingga kemarin, ada 21 KRI yang dikerahkan, dan 4 kapal bantuan dari kepolisian. Pihaknya mengharapkan, Nanggala-402 bisa segera menemukan, sebelum oksigen dalam kapal itu habis, yang diperkirakan hari ini.

Sampai kemarin, sudah 9 titik fokus pencarian dengan radius 10 nautical mile (NM) dilakukan, termasuk di lokasi tumpahan minyak maupun yang bermedan magnet tinggi. Tim SAR juga sudah mengerahkan KRI Rigel. Namun, semuanya belum membuahkan hasil.

“Sampai saat ini, memang belum bisa ditemukan secara pasti. Tetapi, dari beberapa titik-titik ini dan dengan berbagai peralatan ada, semoga bisa segera ditemukan atau bisa segera dijejaki bahwa itu adalah posisi dari KRI Nanggala,” ujar Riad.

Guna memperkuat pencarian, Badan Pencarian dan Penyelamatan Nasional (Basarnas) menambah 1 kapal. Dengan demikian, ada tiga kapal yang dikerahkan: KN SAR Antasena dari Basarnas Surabaya, KN SAR Arjuna dari Basarnas Denpasar, serta KN Kamajaya dari Basarnas Makassar.

Koordinator Pos SAR Banyuwangi Wahyu Setia Budi mengatakan, 3 kapal tersebut bersiaga di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi. Selain kapal untuk operasi SAR, Basarnas juga mendatangkan 1 unit alat pendeteksi benda bawah laut, yakni remote operation vehicle (ROV) untuk membantu proses pencarian KRI Nanggala-402.

Letnan Kolonel Laut Ansori memastikan, tidak ada black box di dalam kapal selam, seperti pesawat. “Memang tidak ada. Seperti di perawatan, black box istilahnya untuk merekam situasi ataupun kejadian-kejadian di kapal selam. Memang di kapal selam tidak sama dengan yang di pesawat,” ungkapnya.

Meski begitu, Ansori memastikan, seluruh awak yang bertugas di KRI Nanggala sudah mendapatkan pelatihan sebelum mengoperasikan kapal. Dari pelatihan tersebut, para awak telah memahami tindakan apa yang perlu diambil untuk menangani kejadian tertentu.

 

Proses pencarian ini juga menarik simpati negara tetangga. Setidaknya ada empat negara yang mengerahkan kapal-kapalnya dalam misi penyelamatan ini. Mereka masing-masing bertolak dari pangkalannya di Singapura, Malaysia, India, dan Australia.

Dari Singapura, MV Swift Rescue sudah sampai tadi malam. Kapal sepanjang 85 meter ini tercakup di dalamnya sebuah Submarine Rescue Vehicle (SRV) bernama Deep Search and Rescue Six (DSAR 6). Pengoperasian DSAR 6 terintegrasi dengan Submarine Support and Rescue Vessel (SSRV).

Dari Malaysia, ada MV Mega Bakti. Kapal ini telah bertolak dari pangkalan Angkatan Laut Kerajaan Malaysia di Kota Kinabalu, Kamis (22/4) pagi. Kapal ini tiba di perairan Bali, besok sore. Kapal ini multifungsi penyelamatan kapal selam, latihan intervensi penyelamatan, serta operasi dan instalasi di dasar laut.

Deep Submergence Rescue Vehicle (DSRV) juga telah berlayar dari pangkalan Angkatan Laut di Visakhapatnam, India. Tak ada perkiraan waktu sampainya di perairan Bali. Tapi, Menteri Pertahanan India Rajnath Singh melalui akun resminya di Twitter, telah menginstruksikan Angkatan Udara India untuk lebih dulu mengukur kemungkinan operasi DSRV di lokasi.

Sistem di DSRV terdiri dari sebuah Submarine Rescue Vessel, sebuah ROV, dan Side Scan Sonar. Wahana ini juga dilengkapi Diver Decompression Chambers dan fasilitas medis hiperbarik untuk dekompresi kru kapal selam setelah berhasil diselamatkan dari dasar laut.

Indonesia juga telah menerima tawaran Australia untuk membantu pencarian. Berdasarkan keterangan tertulis Kedutaan Besar Australia di Jakarta, 2 kapal Australia, yakni HMAS Ballarat dan HMAS Sirius. Kapal HMAS Ballarat merupakan kapal jenis fregat kelas Anzac, dilengkapi kemampuan sonar dan helikopter MH-60R di atas kapal. Kapal tersebut telah tiba di area pencarian tadi malam, setelah transit di Selat Lombok. Sementara Kapal pendukung Sirius berada di lepas pantai Brunei dan diperkirakan sampai pada Selasa (27/4).

Komandan Satgas Gabungan 635 Laksamana Muda Mark Hammond AM RAN memastikan, Angkatan Pertahanan Australia (ADF) berada bersama Indonesia pada saat yang sulit ini. “Pikiran saya bersama awak kapal selam KRI Nanggala, keluarganya, dan warga Indonesia. Seperti biasa, kami siap membantu sesama pelaut di TNI AL,” ucap Mark.

Bagaimana kondisi KRI Nanggala-402 sebelum hilang kontak? Anggota Komisi I DPR Muhammad Farhan mengatakan, peremajaan sudah dilakukan pada 2012. Bahkan, perbaikannya menyeluruh, overhaul, dan retrofit dilakukan di Daewoo, Korea Selatan, selama 2 tahun.

Atas dasar itu, Farhan memandang, KRI Nanggala-402 sebenarnya kapal selam berteknologi baru. KRI Nanggala masih sangat layak untuk armada tempur. “Artinya, kapal selam ini sudah dilengkapi dengan peralatan dan teknologi tempur maupun operasi yang sudah diperbarui sejak 2012,” papar politisi NasDem itu.

Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengajak masyarakat mendoakan keselamatan 53 kru kapal selam KRI Nanggala-402. “Marilah kita mendoakan kapal selam KRI Nanggala beserta 53 kru prajurit TNI agar diberikan keselamatan oleh Tuhan,” imbuh Muhadjir, saat menjadi khatib di Masjid Nurussalam, di kantornya. [MEN]

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Generated by Feedzy