Ibu Banteng Nyatakan Siap Lengser Keprabon Mega Bisa Pilih Puan, BG, Prananda, Jokowi, Atau..? –

Megawati Soekarnoputri memberi pernyataan tegas: siap “lengser keprabon” atau melepaskan kursi Ketua Umum PDIP, yang didudukinya sejak 1999. Lalu, siapa yang bisa menjadi penerus Mega? Mega belum menunjuknya. Tapi, ada empat nama yang disebut-sebut bisa dipilih Mega. Dari trah Soekarno: ada Puan Maharani dan Prananda Prabowo. Dari luar trah Soekarno: bisa Jokowi, bisa Budi Gunawan alias BG, atau yang lainnya. Nah, Bu Mega mau pilih mana ya…

Kesiapan lengser keprabon itu disampaikan Mega saat berpidato di acara peluncuran buku berjudul “Merawat Pertiwi, Jalan Megawati Soekarnoputri Melestarikan Alam”, yang digelar virtual Rabu (24/3). Dalam acara itu, Mega bicara banyak hal. Di antara banyak tema yang dikupas, Mega juga menyinggung soal regenerasi kepemimpinan di partainya. Mega bercerita, selama ini rakyat percaya dan selalu memilihnya untuk jadi ketua umum PDIP. Namun, ia tak keberatan jika ada yang menggantikannya. 

“Ada pertanyaan, kalau suatu saat Ibu harus digantikan (bagaimana)? Ya, monggo wae (silakan saja),” ucapnya mantap, dengan posisi duduk yang tegap, dan disampaikan dalam nada yang serius. 

Namun, Mega tak memberikan pernyataan tegas soal siapa yang layak menggantikannya. Orangnya harus kaya apa. Laki-laki apa perempuan. Harus bermarga Soekarno apa tidak. Tapi, Mega hanya berpesan ke penggantinya itu, agar menjaga PDIP dengan baik. “Sepanjang ada republik ini, PDIP harus tetap ada sebagai salah satu partai andalan di republik ini,” pesannya.

Segitu saja Mega bicara soal regenerasi di partainya itu. Meski pernyataannya pendek, omongan Mega ini sudah menghebohkan. Pernyataan Mega itu langsung ditanggapi beragam. Ada yang menilai, ini isyarat terang dari Mega yang akan mundur. 

Ganjar Pranowo, kader PDIP yang kini jadi Gubernur Jawa Tengah, mengatakan, Mega pastinya sudah mempertimbangkan matang-matang sebelum mengucapkan pernyataannya itu. 

“Saya kira, Bu Mega sudah menyiapkan kader-kader terbaiknya,” kata Ganjar, di sela acara kunjungan Menteri Keuangan Sri Mulyani, di Kabupaten Kendal, kemarin.

Lalu, siapa kader terbaik pilihan Mega? Ganjar bilang, bisa dari anak biologis atau anak ideologis Mega. Anak biologis Mega yang dimaksud Ganjar adalah Prananda Prabowo dan Puan Maharani, yang sangat aktif di partai. Keduanya kini menjadi Ketua DPP di PDIP. 

Untuk anak ideologis, Ganjar tak mau menyebutkan nama. Dia hanya bilang, banyak. “Banyak kader anak-anak ideologis yang juga disiapkan. Saya yakin, Bu Mega sudah menyiapkan,” imbuhnya.

Ganjar mengungkapkan, dalam setiap rapat kerja partai, Mega selalu mewanti-wanti kepada semua kader agar siap menjadi pemimpin. Sebab, tidak mungkin Mega harus memimpin PDIP terus menerus. “Partai sudah cukup lama belajar tentang itu (kaderisasi) dan insya Allah akan berjalan mulus-mulus saja,” jelasnya.

Ketua DPC PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo sependapat dengan Ganjar. Dia menyatakan, Mega tentu tak akan jadi ketua umum PDIP selamanya. Apalagi usia Mega sudah sepuh dan sudah lima kali menjabat ketum. Namun, jika nanti Mega benar-benar lengser, mantan Wali Kota Solo itu berharap, Presiden ke-5 RI itu masih mengampu partai sebagai sesepuh. 

Soal sosok pengganti yang pas untuk Mega, Rudy tak mau menyebut nama. “Kalau itu, biar kongres bicara. Dengan catatan, punya roh perjuangan Soekarno,” ujarnya.

 

Ketua DPD PDIP Yogyakarta, Nuryadi berpandangan lain. Dia merasa belum ada kader yang bisa menggantikan ketokohan Mega. Menurut dia, Mega sebagai sosok yang bersih dan kharismatik. Ketokohan itulah yang membuat Mega selalu dipilih menjadi ketum. 

Dia mengakui usia Mega sudah tidak muda lagi. Tahun ini, sudah menginjak 74 tahun. Namun, kondisi itu tidak menjadi halangan Mega untuk terus memimpin PDIP. “Soal usia, bisa dibantu oleh yang lainnya. Tapi kebijakan soal bagaimana melakukan kenegaraan yang lurus, ini tidak semua orang bisa,” kata Nuryadi, kemarin. 

Lalu, bagaimana mekanisme pemilihan ketua umum di PDIP? Politisi senior PDIP, Hendrawan Supratikno menjelaskan, hal itu sudah diatur dalam AD/ART PDIP. Dalam konstitusi PDIP itu disebutkan, pemilihan ketua umum merupakan hak prerogatif ketua umum petahana untuk menentukan. 

“Ketentuan tersebut dibuat sesuai dengan kultur organisasi kami yang unik, terpimpin atau hierarkis dan tegak lurus terhadap ideologi partai,” kata Hendrawan, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam. 

Untuk sosok yang pas menggantikan Mega, Hendrawan berbicara sangat filosofis. Kata dia, sosok itu harus bisa melakukan integrasi ke dalam dan adaptasi ke luar. Soal integrasi dan kesolidan itu, menurut dia, sangat berkaitan erat dengan trah Soekarno yang menjadi pusat gravitasi di PDIP. Trah Soekarno menjadi inti eksistensi PDIP. 

Meski demikian, menurutnya, tidak mudah orang diberi kepercayaan masuk ke DPP PDIP. Syaratnya, harus memiliki rekam jejak kesetiaan, reputasi, dan kegigihan ideologis. “Jadi, semua seturut pertimbangan, intuisi dan kalkulasi Bu Mega,” ungkapnya. 

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin mengatakan, yang disampaikan Mega itu adalah pesan kepada penerusnya agar serius dalam mengurus partai. Agar PDIP bisa tetap eksis. Menurut dia, dalam ucapan Mega itu tersimpan kekhawatiran partai tak bisa langgeng. “Khawatir setelah Mega mundur, partai menjadi tercabik-cabik,” kata Ujang, saat dikontak Rakyat Merdeka, tadi malam. 

Ujang menambahkan, saat ini PDIP adalah partai yang solid dan kokoh. Kesolidan itu tak lepas dari sosok Mega yang mampu menyatukan setiap faksi dan perbedaan. Jadi, ketika Mega lengser, otomatis sosok yang jadi pemersatu itu akan hilang. Jika tidak ada tokoh yang sekuat dan sekharismatik Mega, bisa saja terjadi perseteruan. 

Untuk sosok pengganti Mega, Ujang menyebut, kata pilihannya putra biologis dan trah Soekarno, ada Puan dan Prananda. Sedangkan kalau pilihannya putra ideologis, ada Jokowi, Hasto Kristiyanto, atau Budi Gunawan alias BG. Budi Gunawan memang bukan kader PDIP, namun, selama ini BG sangat dekat dengan Mega dan menjadi bagian keluarga besar PDIP. “Karena itu, namanya perlu diperhitungkan,” ucapnya.

Agar suksesi berjalan mulus, Ujang menyarankan agar Mega mempersiapkan betul penggantinya dan dilakukan secara soft alias tidak mendadak. “Pernyataan Ibu Mega soal suksesi ini tak lepas dari bagian mempersiapkan penggantinya,” ucapnya. [BCG]

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Generated by Feedzy