Ventilasi menjadi salah satu faktor penting yang harus disiapkan sekolah sebelum menjalankan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Apalagi kasus Covid-19 sedang melonjak. Sayangnya, masih banyak sekolah yang mengabaikan hal tersebut.
Akun @pandemictalks mengungkap penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas penularan Covid-19 terjadi di dalam ruangan. Maka dari itu, ventilasi memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah penularan di kelas dan lingkungan sekolah.
“Sudah waktunya pihak sekolah aktif mempelajari bagaimana ventilasi yang terbaik untuk ruang-ruang kelasnya. Yuk ayah bunda, bersama kita beranikan dan kawal pelaksanaan PTM agar lebih aman untuk semua,” ujar @pandemictalks.
Akun @rintul menyayangkan masih banyaknya sekolah yang tidak peduli dengan ventilasi di dalam kelas. Padahal, kata dia, pengetahuan soal ruangan tertutup ini hal basic. Kata dia, zaman common cold/influenza, 1 orang batuk pilek di ruang sekolah yang kurang ventilasi, pasti menular kepada yang lainnya.
“Setuju banget, hal basic itu. Tapi banyak yang nggak tahu atau mungkin tahu tapi ya sudah. Dianggap sudah flu saja,” timpal @veronicawijayanti.
Akun @gamaraaz mengatakan, banyak sekolah yang saat ini sudah ketergantungan dengan pendingin ruangan atau AC. Sehingga, ruang kelas menjadi lebih tertutup. Padahal, kata dia, dulu semua ruang kelas terbuka lebar dan nyaman.
“Sekarang saja pada manja-manja,” katanya.
Menurut @ariana_arriana, dulu supaya sirkulasi udara baik, semua jendela dibuka. Namuy, banyak yang mengeluh gerah. Dan akhirnya jendela ditutup, dan menyalakan AC tanpa ada air purifier.
“Sering terjadi,” kata dia.
Akun @raraapw_1 mengungkapkan, ventilasi yang buruk terbukti mempercepat penularan Covid-19. Dia bercerita, pada Januari lalu, semua ruang kelas di sekolahnya tertutup dan pakai AC. Akibatnya, kata dia, pada akhir Januari banyak yang terkena Covid-19.
Senada dilontarkan @amaliafildzahmaulani. Dia bercerita tentang sekolah anaknya. Kata dia, anaknya selalu memakai masker setiap hari. Namun, kata dia, gurunya ternyata sebaliknya, di dalam kelas membuka maskernya dengan alasan lebay; belajar nggak efektif.
“Sekarang kami sekeluarga jadi positif Covid-19. Cuma bisa isolasi diam-diam takut dianggap punya aib,” tutur dia.
Akun @anneasvada mengungkapkan, kurangnya ventilasi tidak hanya terjadi di sekolah saja, tapi juga di perkantoran. Bahkan, kata dia, kalau dalam 1 ruangan ada 1 orang yang lagi batuk pilek, yang lain pasang muka waswas dan langsung ke luar ruangan.
Keadaan serupa, kata @djokokoestrianto, juga terjadi di restoran. Uniknya, masih saja yang banyak yang makan di restoran berpendingin ruangan. Dia menyarankan, kalau sampai terpaksa makan di resto dengan AC, tanyakan ke pengelola resto, apakah memasang air purifier dengan hepa filter atau tidak.
“Minta tunjukkan. Kalau nggak bisa tunjukkan, pindah resto saja, lebih aman,” saran @djokokoestrianto.
Akun @nslovejournal mendorong Pemerintah untuk mewajibkan sekolah memaksimalkan penggunaan ventilasi di kelas. Dengan begitu, kata dia, PTM tidak harus distop.
“Lagian ngapain sih sekolah tutup tapi orang pada berkumpul menonton barongsai di mall dibiarkan saja. Penyelenggara cuma didenda Rp500 ribu lagi. Kan aneh,” ujarnya.
Akun @karamy23 mengatakan, Pemerintah harus menertibkan sekolah-sekolah yang tidak memperhatikan ventilasi di kelas. Menurutnya, sekolah dengan ventilasi yang buruk tidak layak menggelar PTM.
akun @Bintara_BA meminta pihak-pihak berwenang segera memastikan langkah yang diambil untuk pelaksanaan PTM terukur dan aman. Umpamanya, kata dia, dengan mengaudit ruang kelas sekolah apakah tersedia ventilasi yang cukup atau tidak. [ASI]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID