Ditolak Masuk Singapura Facebook PM Singapura Digeruduk Fans Somad –

Keputusan Singapura menolak masuk Abdul Somad atau akrab disapa UAS, memancing reaksi netizen Indonesia. Para pendukung UAS menyerbu laman Facebook Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong. Mereka mendesak Singapura memberikan penjelasan formal atas pemulangan UAS.

Di Tanah Air, kabar penolakan UAS masuk Negeri Merlion itu meledak di media massa. UAS ditolak masuk ke Singapura ketika dia dan enam teman perjalanannya tiba pada Senin (16/5) di Terminal Feri Tanah Merah dari pulau resor Indonesia, Batam.

Langkah Singapura dicap netizen sebagai tindakan Islamofobia. Namun, tudingan itu ditampik para pemuka agama dan aktivis HAM di Singapura. Mereka menilai, UAS ditolak masuk bukan karena agama yang dianutnya, namun karena uca- pannya dalam dakwahnya.

Singapura memang terkenal dengan kebijakannya untuk tidak menerima sosok kontrovesial masuk negaranya. Sebelumnya, Singapura menolak kedatangan pastur asal Amerika Serikat, Lou Engle karena pernyataan negatifnya mengenai Islam.

“Somad dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi, yang tidak dapat diterima di masyarakat multi-etnis dan multiagama Singapura,” terang Kementerian Dalam Negeri Singapura, Selasa (17/5).

“Misalnya, Somad telah mengkhotbahkan bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai langkah syahid,” lanjut keterangan yang dikutip South China Morning Post (SCMP), Rabu (18/5).

“Dia juga membuat komentar yang merendahkan anggota komunitas agama. Seperti Kristen, dengan menggambarkan salib Kristen sebagai tempat tinggal ‘jin kafir’. Selain itu, Somad secara terbuka menyebut non-Muslim sebagai kafir.”

 

Kedatangan turis asing ke Singapura, ditegaskan bukanlah sebuah hak individu. Mereka juga tidak akan otomatis diterima masuk begitu saja.

“Saat UAS ingin masuk Singapura, Pemerintah setempat melakukan pengecekan, apakah individu ini terlibat kegiatan yang berbau kekerasan, penghasutan atau tindakan ekstremis,” terang pihak imigrasi. .

Sayangnya, keputusan Singapura tidak didengar pendukung UAS. Media Strait Times memberitakan bahwa pada Rabu (18/5), akun sosial media PM Lee Hsien Loong dan Presiden Halimah Yaacob diserbu ribuan komentar pendukung UAS.

Mayoritas komentar menyematkan tanda pagar SaveUAS dan #SaveUstadzAbdulSomad. Akun sosmed Menteri Luar Negeri Vivian Balakrishnan dan beberapa pejabat terkait penolakan UAS pun kena imbas amukan netizen Indonesia.

 

Dengan total pengikut lebih dari 9,3 juta di Instagram dan YouTube, UAS muncul dalam beberapa tahun terakhir sebagai nama yang akrab di telinga warga Indonesia. Jangkauannya yang luas di sosial media membuatnya mendapatkan julukan Da’i Sejuta Viewers.

Keputusan Singapura untuk tidak membiarkan UAS masuk telah memicu reaksi beragam di kedua negara. Seorang ahli lintas agama dan multikulturalisme di Singapura, Mohamed Imran Mohamed Taib memuji langkah tersebut, dengan mengatakan, langkah Singapura tidak mengejutkan.

“Saya prihatin terutama dengan klip videonya yang beredar luas beberapa tahun lalu di mana dia merendahkan simbol agama Kristen,” tulisnya di Facebook.

“Jika orang lain mengolok- olok simbol agama Muslim dengan cara yang sama, banyak Muslim juga akan kecewa. Karena itu, ajarannya tidak memiliki tempat dalam negara multi-agama seperti Singapura,” imbuhnya.

Dia berharap, publik dapat menemukan pengkhotbah yang lebih baik untuk diikuti. “Publik benar-benar membutuhkan pemuka agama yang menumbuhkan etika dan nilai-nilai yang diharapkan dari seorang Muslim yang hidup di dunia pluralistik saat ini,” imbuh Mohamed.

Singapura sebelumnya juga menolak masuknya ulama Islam yang dianggap Pemerintah sebagai penyebar pandangan ekstrem yang akan membahayakan harmoni kehidupan pluralistik. Para pengkhotbah ini, termasuk Zakir Naik dari India yang berbasis di Malaysia, Haslin Baharim dari Malaysia dan cendekiawan Islam Zimbabwe Ismail Menk, yang memiliki pengaruh signifikan pada Muslim di Asia Tenggara.

Namun kelompok Muslim moderat terbesar kedua di Indonesia, Muhammadiyah, mengatakan, perlu bagi pejabat Singapura untuk menjelaskan, mengapa UAS ditolak masuk.

Sedangkan mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra mengklaim bahwa UAS adalah “ulama Islam yang lurus”, yang tidak ada hubungannya dengan kebijakan luar negeri atau pengambilan keputusan politik di Jakarta.

 

Dia menyatakan, tindakan Singapura berbahaya bagi persahabatan di antara negara- negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), terutama yang berkaitan dengan hubungan antar manusia.

Sementara politisi dari Partai Amanat Nasional, Yandri Susanto, menyebut, keputusan Singapura tidak masuk akal.

“Apakah Singapura memandang Muslim Indonesia sebagai musuh mereka?” katanya dalam sebuah pernyataan.

Di Twitter, Ketua DPR selama masa jabatan pertama Jokowi, Fahri Hamzah juga mengatakan, penolakan masuknya Somad oleh Singapura menggarisbawahi bahwa Islamofobia tumbuh, tidak hanya di negara tetangga, tetapi juga di dalam negeri.

 

Somad telah ditolak aksesnya di luar negeri. Otoritas Hong Kong memblokir kedatangannya pada 2017 tanpa memberikan alasan. Dia telah merencanakan memberikan khotbah kepada pekerja rumah tangga Indonesia yang berada di sana.

Pada Oktober 2019, dia ditolak masuk ke Swiss dan Jerman, serta ke Belanda dan Inggris pada Februari 2020.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Ahmad Nurwakhid turut berkomentar, larangan masuk UAS adalah pelajaran penting bagi Indonesia, untuk mengambil tindakan pencegahan berakarnya pandangan, ideologi dan doktrin radikal yang kemudian mengarah pada terorisme dan kekerasan.

Ia menambahkan, tindakan Singapura menunjukkan bahwa mereka memiliki kebijakan pencegahan untuk memerangi gerakan militansi. ***

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Generated by Feedzy