Tim Percepatan dan Pemulihan Ekonomi dari Kementerian Luar Negeri Indonesia bersama sejumlah diplomat senior melakukan diskusi informal yang berfokus pada prospek kopi Indonesia pada 2022.
Beberapa pakar dan eksportir kopi yang hadir adalah Daroe Handojo (Nooskav Nusantara Kopi), Adi Wicaksono Taroepratjeka (Direktur 5758 Coffee Lab), Renata Bukvic-Letica (Tanamera) dan Ivan Hartanto (Belift Green Beans).
Dalam keterangan Kemlu, Senin (27/12), para peserta diskusi menyambut baik laporan dari Badan Pusat Statistik dan data dari Organisasi Kopi Internasional, yang menunjukkan bahwa kopi Indonesia semakin populer selama pandemi Covid-19.
Dalam pertemuan pekan lalu itu, para peserta juga menyepakati bahwa meskipun ada kendala ekonomi akibat Covid-19, para pengusaha Indonesia terus mempromosikan dan memperkuat pesan produk Indonesia di luar negeri.
Masalah khusus yang menjadi tantangan bagi eksportir dan importir kopi Indonesia terkait dengan kualitas kopi dan waktu kedatangan. Hal lain yang terkait dengan isu eksternal adalah transportasi, logistik, dan ketersediaan kontainer.
“Jika masalah ini tetap tidak terselesaikan, ancaman besar terhadap keberlanjutan ekspor kopi tetap ada,” bunyi pernyataan tersebut.
Para pengusaha kopi yang hadir mencatat peningkatan aktivitas KBRI dan KJRI di luar negeri dalam mendukung kegiatan promosi kopi.
Para eksportir kopi menilai bahwa dengan melibatkan diaspora Indonesia akan memberikan dampak ekonomi langsung kepada produsen kopi Indonesia. Faktor lain yang menjadi fokus pertemuan adalah isu lingkungan.
Pada kesempatan ini, peserta juga mengapresiasi komitmen pemerintah Indonesia dalam COP26 tentang Perubahan Iklim di Glasgow November 2021.
Keberlanjutan, ketahanan pangan, pemberdayaan petani dan perlindungan lingkungan, menjadi beberapa topik yang diangkat. Dengan luas lahan yang subur untuk budidaya kopi, hal ini sepadan dengan komitmen kuat Indonesia terhadap perubahan iklim.
Menarik kajian dari sebuah lembaga studi di Jerman, Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit GmbH (GIZ), sebuah lembaga pembangunan Jerman, menyatakan bahwa akibat perubahan iklim, dalam 30 tahun ke depan kopi mungkin mengalami penurunan kualitas jika kelestariannya tidak dijaga. Oleh karena itu, kerja sama dengan perguruan tinggi yang layak di bidang penelitian kopi perlu ditingkatkan.
Beberapa inisiatif Kepala Perwakilan RI di luar negeri yang telah dilakukan pada 2021 dan telah membuahkan hasil perlu ditindaklanjuti. Inisiatif-inisiatif tersebut antara lain penyediaan coffee tasting test, coffee cupping/coffee tasting yang dilanjutkan dengan business matching.
Program pengenalan kopi bagi para diplomat junior disambut baik oleh para ahli dan eksportir kopi. Diharapkan kegiatan ini dapat juga diteruskan pada diplomat tingkat Madya pada 2022. Mengingat pada 2022 Indonesia akan menjadi tuan rumah acara tingkat tinggi seperti G20, ada prospek yang kuat bahwa promosi kopi Indonesia dapat diintensifkan pada acara-acara tersebut.
Dalam diskusi informal pekan lalu ini, para ahli sepakat bahwa diplomasi kopi sangat relevan untuk ditingkatkan pada 2022. Hal ini mengingat diplomasi ekonomi merupakan salah satu misi utama dalam kegiatan diplomasi Indonesia.
Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang digunakan untuk mempromosikan budaya Indonesia di luar negeri, serta memiliki nilai potensial untuk mendukung perekonomian. [DAY]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID
About The Author
You may also like
Lewat Karakter Kuromi Abadikan Momen Halloween Bareng Teman –
Ini Jus Yang Sehat Untuk Penderita Darah Rendah –
LEO Pictures Siap Rilis Film Drama Keluarga Bila Esok Ibu Tiada –
Cara Belajar Mudah Pakai Galaxy AI Di Galaxy S24 FE –
Rayakan 41 Tahun Berkarya Slank Gelar Konser Pasar Malam Di Jiexpo Kemayoran –