Gibran Rakabuming Raka ikut ditarik-tarik dalam kontestasi Pilpres 2024. Mendengar hal itu, putra sulung Presiden Jokowi yang kini menjabat sebagai Wali Kota Solo itu, menggeleng. Gibran tahu diri.
Nama Gibran untuk 2024 ini dimunculkan musisi beken Iwan Fals. Melalui akun Twitter @iwanfals, pelantun “Bento” itu, mengunggah foto berita yang memperlihatkan putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, tengah bertemu dengan Gibran, di Rumah Dinas Wali Kota Solo, Loji Gandrung, Sabtu (1/1). “Hmm kayaknya cocok nih buat 2004… Capres & wapresnya,” tulis @iwanfals, Rabu (5/1).
Cuitannya itu langsung memantik perhatian warganet. Selain karena uniknya pasangan capres-cawapres yang diusulkan, tahun 2004 juga jadi sorotan karena sudah berlalu. Tak sedikit, yang menduga cuitan itu bernada satir dan mengundang banyak penafsiran.
Tapi, Iwan Fals mengaku serius dengan cuitannya. Karena pasangan capres-cawapres kakak-beradik ini unik, yang barangkali belum pernah ada di dunia. Ia juga mengoreksi kesalahan penulisan tahun, maksudnya adalah 2024.
“Hehe, maksudnya 2024 bukan 2004. Ketlisut jerijinya. Sudah agak kaku-kaku soalnya,” tulis Iwan, dicuitan berikutnya.
Dia juga mengaku serius mendorong Gibran dan Kaesang maju di 2024. “Lho ini serius lho. Coba bayangkan, kalau mereka ikut tanding di 2024, abang adek gitu lho. Buat orang Indonesia itu sesuatu lho, lagian mereka sudah punya KTP kok. Coba aja disimak,” cuitnya lagi.
Didorong seperti itu, Gibran tidak gede rasa alias geer. Dia tahu diri, belum pantas mengemban jabatan presiden. “Nggak, di sini saja (Kota Solo). Umur tidak cukup, sudah di Solo saja,” jawab Gibran, singkat, saat ditanya wartawan.
Pengamat komunikasi politik Maswadi Rauf cekikikan mendengar usulan yang dilemparkan Iwan Fals. “Ya memang, berpikir sistem kerajaan belum hilang dalam kultur kita. Walaupun kita sudah hidup di zaman demokrasi. Politik kekerabatan ini harus dilawan,” kata Maswadi, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.
Guru besar Ilmu Politik Universitas Indonesia ini menilai, proses demokrasi yang berlaku di Tanah Air saat ini sudah banyak yang menyimpang. Jika ini dibiarkan, dampaknya bisa menghambat kemajuan.
Terbukti, indeks demokrasi Indonesia terus menurun. Seperti yang dirilis Economist Intelligence Unit (EIU). Dari skor 7,03 di 2015 turun ke 6,30 di 2020. Masuk dalam kategori tidak sempurna. Skor indeks demokrasi tahun 2020 itu juga yang terendah selama 14 tahun terakhir.
“Di Pilkada misalnya, itu betul-betul malu kita ini. Jangankan itu (nyapres), Gibran mencalonkan diri sebagai Wali Kota Solo, Bobby mencalonkan di Medan saja sudah banyak yang omongin. Presiden membiarkan saja itu dan menganggapnya sebagai sebuah kewajaran,” lanjutnya.
Di Twitter, akun @gnwn_ds meyakini cuitan Iwan Fals soal Gibran untuk 2024 cuma guyon. “Padahal ini cuma guyon yah… Tapi, pasti ada yang nanggapin serius.. Sampai bilang dinasti politik,” kicaunya. “Bakal banyak yang ngamuk Om.. ,” timpal @wiradisuta.
Sementara, akun @NotFound_1945 menduga, cuitan Iwan Fals punya maksud lain. Bukan persis seperti yang dicuitkan. “Satire yang bagus sih. Tapi jangan kebablasan juga kali laah Om @iwanfals..,” responsnya.
Akun @FRimson tidak setuju dengan Iwan Fals. Meskipun selama ini ia adalah pengagum Jokowi. Tapi, dia menganggap Gibran belum waktunya maju di 2024.
“Saya orang yang sangat kagum dengan Jokowi, saya menganggap Jokowi presiden yang hebat dengan terobosan-terobosan positif nya. Tapi, menurut saya Gibran belum waktunya di pilpres ini. Saya berharap Gibran siap di pilpres 2034 (tapi kalau dia melejit di 2029 juga oke sih),” nilainya. [SAR]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID