Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menyatakan tengah menggodok rencana penggunaan gelang berisi chip, untuk memonitor orang yang tengah dalam masa karantina.
Kepala Sub Bidang Tracing Satgas Covid-19 Koesmedi Priharto menyatakan, hal itu untuk mencegah terjadinya kasus pasien karantina yang kabur. Diingatkannya, kunci pengendalian pandemi adalah menemukan kasus secepatnya dan melakukan karantina, agar mencegah penularan. Tapi, pelaksanaannya tak berjalan mulus.
“Masalah karantina itu selalu menjadi masalah, apapun juga bentuknya ada di sana, bisa dari orangnya, bisa sanak saudaranya, bisa temannya, bisa keluarganya, semua menjadi masalah di tempat itu,” ujarnya, dalam diskusi virtual bertema “Bersiap Hadapi Omicron”, kemarin.
Atas dasar itu, jajarannya tengah merancang sistem karantina. Termasuk, rencana pemasangan gelang yang memiliki chip itu. Saat ini pihaknya sedang mencari informasi tentang kajian penggunaan alat itu.
“Kita pun, petugas, bisa memonitor semuanya dengan baik. Ini yang harus kita ciptakan. Orang ini ada di mana, posisinya seperti apa, itu kan kita bisa lihat karena teknologi sangat memungkinkan saat ini,” beber Koesmedi.
Selama ini, pemantauan dilakukan melalui aplikasi PeduliLindungi. Tapi, menurutnya, aplikasi itu punya kelemahan. Pengguna dapat meninggalkan handphone-nya ketika dia pergi. Jadi, seolah-olah dia berada di tempat. “Kita nggak bisa monitor. Berbeda kalau chip dipasang di badan orang itu,” imbuhnya.
Koesmedi menambahkan, saat ini pihaknya juga kesulitan melakukan proses tracing. Sebab, banyak masyarakat menganggap penyebaran virus Corona sudah melandai.
Padahal, tracing perlu dilakukan untuk mengetahui serta menahan laju penyebaran Covid-19 semakin meluas. “Melakukan tracing saat ini lebih sulit daripada sebelumnya,” curhatnya.
Selain karena anggapan masyarakat itu, ada dua faktor lain yang menyebabkan proses tracing menjadi sulit. Faktor pertama, masyarakat sudah lebih percaya diri karena telah melakukan vaksinasi Covid-19.
Faktor kedua, banyak masyarakat yang tidak mau dites karena takut mempengaruhi statusnya di aplikasi PeduliLindungi. “Ini yang agak tidak enak mendengarnya. Katanya, kalau kita diperiksa kemudian kita dites lagi, nanti PeduliLindungi kita jadi hitam, kita nggak bisa ke mana-mana,” sesalnya. [DIR]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID