Invasi yang dilakukan Rusia telah membuat warga Ukraina sengsara dan putus asa. 2,5 juta warga Ukraina terpaksa mengungsi ke negara tetangga untuk menyelamatkan diri. Sementara, warga yang bertahan di dalam kota, mulai kekurangan makanan. Situasi di Kota Mariupol misalnya, keadaan semakin memburuk. Warga mulai menjarah toko dan adu jotos untuk mendapatkan sesuap nasi.
Mariupol menjadi salah satu kota di Ukraina yang sedang dibombardir militer Rusia. Kota ini terletak di sisi tenggara Ukraina. Sebelah timurnya, berbatasan langsung dengan Rusia. Sementara, sebelah utara berbatasan dengan Donetsk, dan bagian barat daya berbatasan dengan Melitopol, yang sudah lebih dulu direbut Rusia.
Menurut sumber Kementerian Pertahanan Inggris, pasukan Rusia mulai menyerang kota ini dari dua sisi sejak 7 Maret lalu. Pasukan Rusia datang dari arah timur dan dari barat daya. Setelah merebut Melitopol, pasukan Rusia yang masuk lewat Krimea bergeser merebut Mariupol.
Pejabat Mariupol, seperti diberitakan Al-Jazeera, mengatakan, serangan Rusia mulai massif sejak dua hari terakhir. Kata dia, setiap setengah jam, pesawat Rusia melintas dan menjatuhkan bom, termasuk ke apartemen. Akibatnya, warga tak bisa mengungsi karena harus terus berlindung di bawah tanah.
Gempuran Rusia yang terus menerus ini membuat situasi makin memburuk. Warga mulai putus asa karena kekurangan makanan. Saking sulitnya mendapat makan, warga Mariupol saling serang untuk mendapatkan sesuap nasi. Warga Mariupol semakin sengsara karena tak memiliki lagi pemanas ruangan. Sementara, suhu udara masih berkisar minus 1 derajat celcius di waktu malam.
Seperti dilaporkan The Telegraph, beberapa warga Mariupol terpaksa membobol toko dan supermarket untuk mengumpulkan makanan untuk keluarga mereka.
Wakil Kepala Delegasi Komite Internasional Palang Merah Sasha Volkov mengungkapkan, suasana di Kota Mariupol begitu suram dan menyedihkan. Beberapa penduduk masih memiliki makanan, tapi tidak yakin berapa lama persediaan akan bertahan. Sebagian lagi mengaku tak memiliki makanan untuk anak-anak.
“Orang-orang mulai saling menyerang untuk mendapatkan makanan. Beberapa juga mulai merusak mobil seseorang untuk mengambil bensinnya,” kata Sasha, dalam rekaman audio.
Kata dia, situasi di kota ini sudah seperti kiamat. Banyak warga sudah tak memiliki air sama sekali untuk diminum. Tempat penampungan penuh sesak. Sementara, sudah tak ada persediaan medis. “Semua toko dan apotek dijarah empat hingga lima hari yang lalu,” tuturnya.
Serangan militer Rusia di kota berpenduduk 430 ribu jiwa ini dilaporkan telah menewaskan lebih dari 1.200 warga sipil. Para pekerja mendorong mayat ke kuburan massal sepanjang 25 meter.
PBB melaporkan, hingga kemarin, 2,5 juta warga Ukraina telah mengungsi. Jumlah ini bertambah sebanyak 200 ribu orang dibandingkan laporan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) pada Kamis (10/3). Mayoritas pengungsi merupakan perempuan, anak, dan lansia. Mereka mengungsi ke negara tetangga seperti Polandia, Slovakia, Hungaria, Rumania, dan Moldova. [BCG]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID