Buang Waktu Dan Bikin Kantong Tipis Warga Penjaringan Antre Buat Dapatkan Air Bersih –

Krisis air bersih di Penjaringan, Jakarta Utara (Jakut), hingga kini belum tuntas. Meski PT PAM Jaya sudah mensuplai air bersih dengan truk tangki, warga tetap kesulitan mendapatkannya.

Seorang warga Penjaringan, Nashir mengungkapkan, PAM Jaya memasok air ke dalam drum. Kemudian, warga mengambilnya untuk dibawa ke rumah masing-masing. Namun, karena kebutuhan tinggi, drum sering kosong. Dan, untuk menunggu pasokan air memakan waktu sekitar 2 jam. Itu belum termasuk waktu untuk memindahkan air dari drum ke rumah. Akibatnya banyak waktu warga terbuang.

“Selain kehilangan waktu untuk mendapatkan air bersih, ada dampak lain seperti menurunnya penghasilan,” keluh Nashir, di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, nasib para tetangganya yang menjadi pelanggan PT PAM Jaya juga tidak lebih baik. Karena, aliran air sering ngadat. Sementara setiap bulan mereka harus membayar biaya tagihan.

“Kadang air rasanya asin, warnanya hitam dan berbau busuk. Air bersih sering mengalir saat dini hari dengan volume sangat kecil sehingga butuh waktu lama hanya untuk mengisi bak mandi penuh,” ungkapnya.

Ketua Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta, Ida Mahmudah menyayangkan kondisi tersebut. Menurutnya, krisis air bersih masalah klasik yang hingga kini belum terselesaikan dengan baik.

“Dari tahun ke tahun, selalu ada warga mengadu. Dan, setiap Rapat Banggar (Badan Anggaran), kami selalu sampaikan agar penyediaan jaringan PDAM harus siap. Kami harap masalah kebutuhan air bersih bisa terpenuhi,” katanya, kemarin.

Apalagi, ditegaskan Ida, Pemprov DKI memiliki aturan khusus mengenai penggunaan air tanah melalui Peraturan Daerah (Perda) Nomor 10 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan dan Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan, yang saat ini masih berlaku.

“Harapan kami pak Gubernur segera mendorong dan menegur PDAM untuk menyediakan fasilitas jaringan ke seluruh wilayah Jakarta,” terangnya.

Manajer Hubungan Eksternal PAM Jaya, Linda Nurhandayani mengatakan, sejumlah langkah penanganan untuk mengatasi masalah suplai air terus dilakukan.

 

“Di lokasi itu, kami sudah memasang tiga tandon sementara. Kami juga melakukan investigasi komplain untuk menentukan tindakan lanjutan,” ungkap Linda.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria meminta kepada masyarakat, khususnya yang tinggal di wilayah Jakarta Utara, untuk melapor ke kelurahan setempat jika mengalami krisis air bersih.

“Ini Ibu Kota Jakarta, kami pastikan tidak boleh ada warga yang kesulitan dapatkan air bersih,” kata Riza.

Riza menerangkan, penyebab kekurangan air bersih di beberapa wilayah Jakut karena akses PAM yang belum masuk ke kawasan tersebut. Selain itu, warga tidak bisa mengambil air dari tanah karena rasanya sudah payau.

Kondisi seperti ini, kata Riza, terjadi di wilayah yang sering terendam banjir rob. Saat ini, Pemprov DKI sedang berusaha menjangkau kawasan tersebut dengan akses pipa PDAM.

Potensi Kekeringan

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta mengimbau masyarakat waspada potensi kekeringan pada musim kemarau.

Berdasarkan prakiraan musim kemarau di Indonesia tahun 2022 yang dirilis oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), rata-rata wilayah DKI Jakarta sudah memasuki awal musim kemarau pada bulan April 2022. Namun, untuk wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan akan memasuki awal musim kemarau pada bulan Juni 2022.

BPBD DKI Jakarta mencatat, dalam rentang waktu lima tahun terakhir musim kemarau memberikan dampak kekeringan di wilayah Ibu Kota. Bahkan Pemprov DKI Jakarta sempat membentuk Satgas Air Bersih pada September 2019 untuk memastikan pasokan air bersih tersedia bagi masyarakat.

Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji mengatakan, untuk mengantisipasi kekeringan saat musim kemarau, pihaknya telah berkoordinasi dengan Wali Kota dan Bupati untuk menghitung kebutuhan air bersih. Khususnya bagi masyarakat yang berada di daerah rawan kekeringan dan wilayah yang belum terlayani jaringan air bersih.

“Kami di jajaran Pemprov DKI Jakarta saling berkoordinasi untuk mengantisipasi dampak kekeringan akibat musim kemarau, terutama dengan Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan PD. PAM Jaya yang menyiagakan Instalasi Pengolahan Air (IPA) mobile dan juga mobil-mobil tangki air,” katanya di Jakarta, Senin (9/5).

BMKG juga memperkirakan sifat hujan akan berada pada kondisi Atas Normal yakni curah hujan musim kemarau lebih tinggi dari rerata klimatologis. Sedangkan, puncak musim kemarau diprakirakan terjadi pada bulan Juli – September 2022.

Isnawa mengimbau, masyarakat untuk mulai melakukan penghematan air dalam menghadapi peralihan musim kemarau.  [OSP]

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Generated by Feedzy