Maksudnya peran dunia besar sekali fungsinya untuk memperoleh akhirat yang lebih baik. Allah Swt pun mengajari kita doa yang bijak dalam Al-Qur’an: Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina ‘adzabannar”. Inti doa ini kebahagian dunia dan kebahagiaan akhirat jangan dipertentangkan, karena itu mintalah kebahagiaan untuk kedua-duanya secara komprehensif.
Yang negatif ialah manakala pengharapan kita didominasi oleh makhluk Tuhan, bukannya Sang Khaliq. Misalnya, pengharapan seseorang kepada pangkat, harta, dan lawan jenisnya. Sayangnya, menurut Rasulullah, pengharapan seperti ini lebih dominan di dalam masyarakat, sebagaimana di dalam sabdanya: “Anak cucu Adam hingga beruban masih terhias dalam dirinya dua hal, yakni tamak dan panjang harapan” Dalam hadis lain dikatakan: “Sesungguhnya yang paling kukhawatirkan atas umatku adalah mengumbar hawa nafsu dan panjang harapan. Mengumbar hawa nafsu akan menutupi kebenaran dan panjang harapan akan melupakan akhirat.”
Sudah selayaknya kita mawas diri dan mengontrol jalan pikiran kita, jangan sampai yang dominan di dalam diri kita ialah angan-angan duniawi kita yang lebih panjang, sehingga doa kita pun didekte oleh hawa nafsu.
Dalam hal ini Rasulullah Saw memperingatkan kita dalam hadisnya: “Seorang cerdas adalah orang yang selalu curiga atas nafsunya dan melakukan suatu amal sebagai persiapan untuk akhirat. Dan seorang bodoh adalah orang yang mengumbar hawa nafsunya dan senantiasa berangan-angan atas nama Allah”.
Angan-angan duniawi yang panjang biasanya menyita waktu dan menyedot energi, dan yang paling penting menghijab kita dengan Allah Swt. Sulit kita khusyuk di dalam beribadah pada saat angan-angan duniawi itu aktif di dalam pikiran kita. Angan-angan yang visualistik itu menenggelamkan al-raja’ kita kepada Allah Swt. Sebelum kita beribadah, sebaiknya kita menyingkirkan dominasi angan-angan duniawi kita karena itu bisa membuat iabadah yang kita kerjakan itu menjadi hambar.
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID