Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DKI Jakarta mempertanyakan kinerja Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) semenjak dibentuk pada 2018 oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Pasalnya, banyak program prioritas milik Pemprov DKI yang justru bermasalah.
Ketua DPW PSI DKI Jakarta Michael Victor Sianipar mengatakan, kehadiran TGUPP di era Anies seperti sebuah ironi. Sebab dari catatan PSI, banyak program prioritas DKI yang justru bermasalah bahkan mangkrak.
“Padahal, TGUPP dibentuk untuk mengawal dan memastikan satuan-satuan kegiatan dapat tereksekusi dengan baik dan tepat sasaran,” ujarnya kepada RM.id, Selasa (16/3).
Victor menyebut, salah satu program DKI yang kini bermasalah adalah program rusunami DP Rp 0. Dijelaskan Victor, berdasarkan RPJMD 2017-2022, target penyediaan unit rusunami untuk program DP Rp 0 berjumlah 232.214 unit.
Sementara, pada draf perubahan RPJMD, target unit rusunami justru dipangkas 95,5 persen sehingga menjadi 10.460 unit. Selain itu, Victor juga mengatakan terdapat perbedaan kriteria penghasilan untuk penerima manfaat program rumah DP RP 0.
“Di Perda RPJMD, program rusunami bisa diikuti oleh warga yang berpenghasilan maksimal Rp 7 juta per bulan. Sedangkan di perubahan RPJMD, Anies menaikkan batas maksimal penghasilan menjadi Rp 14 juta per bulan,” paparnya.
Victor juga mengungkap, bahwa program pengadaan lahan Pemprov DKI di Kawasan Munjul diduga tercemar praktik rasuah. Permasalahan ini dibuktikan dengan ditetapkannya sejumlah tersangka oleh KPK.
“Belum lagi soal janji smart budgeting yang hingga kini tidak ada realisasi. Sehingga harusnya TGUPP dievaluasi dong. Selama ini kinerja TGUPP ngapain saja? Ini juga selalu jadi pertanyaan publik dan DPRD,” ujarnya.
Victor juga menyangkan sepak terjang salah satu anggota TGUPP, Bambang Widjojanto (BW). Menurt dia, BW kerap kali ‘nyambi’ menjadi kuasa hukum untuk perkara hukum besar. Mulai Pilkada hingga kini menjadi kuasa hukum Partai Demokrat.
Secara teknis, Victor menilai, mungkin sepak terjang BW diperbolehkan oleh Gubernur DKI dengan syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi. Tapi, secara etik, apa yang dilakukan BW bisa disebut pelanggaran.
“Kalau semua program DKI sudah berjalan cepat, lancar dan tuntas, mungkin BW bisa dibenarkan. Tapi, inikan masih banyak program bermasalah, jadi tidak etislah,” tandasnya. [SSL]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID
You may also like
-
Meriahkan HUT Ke 50 RI Korsel GBK Pecah Fans K Pop Berbatik Heboh Nonton SMTOWN Live 2023 –
-
Dinar Candy Selingkuhan Pria Beristri –
-
Bernostalgia Fryda Lucyana Hadirkan S gala Rasa Cinta Di Digital Platform –
-
Suga BTS Jalani Wamil Di Layanan Publik BigHit Minta Fans Nggak Ngerecokin –
-
Marshella Aprilia Galau Ditinggal Nikah Arhan –