Mengawali pekan ini, nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,03 persen ke level Rp 14.520 per dolar AS dibandingkan perdagangan Kamis (1/4) di level Rp 14.525.
Tak hanya rupiah, mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,10 persen, dolar Singapura naik 0,06 persen, dolar Taiwan naik 0,06 persen, peso Filipina menguat 0,05 persen dan won Korea Selatan melonjak 0,03 persen.
Indeks dolar AS terpantau melemah 0,083 poin atau 0,09 persen ke level 92,939. Sementara nilai tukar rupiah terhadap euro melemah 0,01 persen ke level Rp 17.102, terhadap poundsterling Inggris juga melemah 0,01 persen ke level Rp 20.107, dan terhadap dolar Australia turun 0,14 persen ke level Rp 11.077.
Analis sekaligus Direktur Utama PT Solid Gold Berjangka, Dikki Soetopo menyebut, selama sepekan terakhir indeks dolar justru menguat 0,25 persen. Kenaikan dolar ini masih didorong oleh kenaikan yield surat utang jangka panjang Pemerintah AS.
Dari dalam negeri, hubungan antara obligasi dan harga saham juga berlawanan arah. Artinya, jika terjadi kenaikan yield, maka harga saham cenderung menurun seperti yang terjadi belakangan ini.
“Capital outflow (arus modal keluar) ini lah yang menjadi pemicu pelemahan rupiah,” imbuhnya dalam keterangan, Senin (5/4).
Namun di sisi lain prospek perekonomian AS yang lebih cerah juga membuat dolar AS bangkit dari keterpurukan. Ia pun memprediksi mata uang Garuda akan kembali tertekan hari ini di kisaran Rp 14.440-Rp 14.590 per dolar AS. [DWI]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID