Acungi Jempol Misi Damai Jokowi Ke Ukraina Dan Rusia Djumala BPIP: Diplomasi Perdamaian Bukan Pabrik Tempe –

Mantan Dubes RI untuk Austria dan PBB di Wina, Darmansjah Djumala memberikan acungan jempol terhadap Presiden Jokowi atas kunjungan ke Ukraina dan Rusia usai menghadiri Pertemuan G7 di Jerman.

“Adanya pertemuan empat mata dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin, Jokowi sejatinya sudah membuka pintu komunikasi,” kata Djumala, dalam pesan tertulis, kepada Rakyat Merdeka, Senin (4/7).

Djumala yang kini Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri ini sekaligus menyanggah penilaian yang menyebut misi Jokowi ke Ukraina dan Rusia tidak berhasil lantaran Rusia masih memborbardir Ukraian. 

Djumala mengatakan, diplomasi perdamaian tidak seperti pabrik tempe. Sore ini dibikin, besok jadi.

Djumala menjelaskan, dalam fatsun diplomasi, ada tiga proses yang harus dilalui untuk menuju perdamaian. Yakni komunikasi, penghentian kekerasan, dan dialog. 

“Tiga proses itu sering dirujuk sebagai adab diplomasi. Pembicaraan dan negosiasi perdamaian tak akan bisa dimulai jika tidak ada komunikasi,” terang Djumala.

Dilanjutkan, dari komunikasi itulah kedua seteru bisa mengetahui posisi dan apa yang diinginkan oleh masing-masing pihak. Butuh pihak ketiga untuk mediasi.

“Perang harus dihentikan. Himbauan ini juga yang disampaikan kepada Zelensky dan Putin. Jika kekerasan sudah tidak ada lagi, perang berhenti karena gencatan senjata, tersedia ruang kondusif untuk berunding mencari jalan damai,” tutur Djumala. 

Ditegaskan, inisiatif perdamaian butuh waktu lama, melalui proses panjang dan berliku. “Kerja diplomasi perdamaian tentu beda dengan cara kerja pabrik tempe; hari ini kedelai besok jadi tempe,” ungkapnya. 

Djumala meyakini , pesan damai yang dibawa Jokowi ke Ukraina dan Rusia adalah manifestasi nilai yang terkandung dalam sila kedua dan ketiga Pancasila. “Nasionalisme Indonesia mekar dalam taman sari internasionalisme. Merujuk pada nilai kemanusiaan, menghargai harkat manusia tanpa membedakan bangsa, etnik, suku dan agama,” tegasnya.

Alhasil, misi perdamaian Jokowi ke Ukraina dan Rusia merupakan perwujudan nasionalisme kemanusiaan. 

“Diplomasi perdamaian Jokowi adalah langkah awal membuka pintu komunikasi bagi kedua seteru agar dapat mengakhiri perang sehingga damai tercipta,” tutup Djumala.

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Generated by Feedzy